Banyak orang
yang bertanya, mengapa dalam mempelajari Agama mesti harus mengenal Rasa ? Memang
kalau hanya sampai pada tingkat Syariat, bab rasa tidak pernah dibicarakan atau
disinggung. Tetapi pada tingkat Tarekat keatas bab rasa ini mulai disinggung.
Karena bila belajar ilmu Agama itu berarti mulai mengenal siapa Sang Percipta
itu.
Karena ALLAH maha GHOIB maka
dalam mengenal hal GHOIB kita wajib mengaji rasa.
Jadi jelas berbeda dengan
tingkat syariat yang memang mengaji telinga dan mulut saja.Dan mereka hanya
yakin akan hasil kerja panca inderanya.Bukan Batin!
Bab rasa dapat
dibagi dalam beberapa golongan .Yaitu : RASA TUNGGAL, SEJATINYA RASA, RASA
SEJATI, RASA TUNGGAL JATI.
Mengaji Rasa sangat
diperlukan dalam mengenal GHOIB.Karena hanya dengan mengaji rasa yang dimiliki
oleh batin itulah maka kita akan mengenal dalam arti yang sebenarnya,apa itu
GHOIB.
1. RASA TUNGGAL
Yang empunya Rasa Tunggal ini ialah
jasad/jasmani. Yaitu rasa lelah, lemah dan capai. Kalau Rasa lapar dan haus itu
bukan milik jasmani melainkan milik nafsu.
Mengapa jasmani memiliki rasa Tunggal ini. Karena
sesungguhnya dalam jasmani/jasad ada penguasanya/penunggunya. Orang tentu
mengenal nama QODHAM atau ALIF LAM ALIF. Itulah sebabnya maka didalam AL
QUR’AN, ALLAH memerintahkan agar kita mau merawat jasad/jasmani. Kalau perlu,
kita harus menanyakan kepada orang yang ahli/mengerti. Selain merawatnya agar
tidak terkena penyakit jasmani, kita pun harus merawatnya agar tidak menjadi
korban karena ulah hawa nafsu maka jasad kedinginan, kepanasan ataupun masuk
angin.
Bila soal-soal ini kita perhatikan dengan
sungguh-sungguh, niscaya jasad kita juga tahu terima kasih. Kalau dia kita
perlakukan dengan baik, maka kebaikan kita pun akan dibalas dengan kebaikan
pula. Karena sesungguhnya jasad itu pakaian sementara untuk hidup
sementara dialam fana ini. Kalau selama hidup jasad kita rawat dengan
sungguh-sungguh (kita bersihkan 2 x sehari/mandi, sebelum puasa keramas,
sebelum sholat berwudhu dulu, dan tidak menjadi korban hawa nafsu, serta kita
lindungi dari pengaruh alam), maka dikala hendak mati jasad yang sudah suci itu
pasti akan mau diajak bersama-sama kembali keasal, untuk kembali ke sang
pencipta. Seperti halnya kita bersama-sama pada waktu dating/lahir kealam fana
ini. Mati yang demikian dinamakan mati Tilem (tidur) atau mati sempurna.
Pandangan yang kita lakukan malah sebaliknya. Mati dengan meninggalkan jasad.
Kalau jasad sampai dikubur, maka QODHAM atau ALIF LAM ALIF, akan mengalami
siksa kubur. Dan kelak dihari kiamat akan dibangkitkan.
Dalam mencari nafkah baik lahir maupun batin,
jangan mengabaikan jasad. Jangan melupakan waktu istirahat. Sebab itu ALLAH
ciptakan waktu 24 jam (8 jam untuk mencari nafkah, 8 jam untuk beribadah, dan 8
jam untuk beristirahat). Juga dalam hal berpuasa, jangan sampai mengabaikan
jasad. Sebab itu ALLAH tidak suka yang berlebih-lebihan. Karena yang suka
berlebih-lebihan itu adalah Dzad (angan-angan). Karena dzad mempunyai sifat
selalu tidak merasa puas.
2. SEJATINYA RASA
Apapun yang datangnya dari luar tubuh dan
menimbulkan adanya rasa, maka rasa itu dinamakan sejatinya rasa. Jadi sejatinya
rasa adalah milik panca indera:
- MATA : Senang karena mata dapat melihat sesuatu yang indah atau tidak senang bila mata melihat hal-hal yang tidak pada tenpatnya.
- TELINGA : Senang karena mendengar suara yang merdu atau tidak senang mendengar isu atau fitnahan orang.
- HIDUNG : Senang mencium bebauan wangi/harum atau tidak senang mencium bebauan yang busuk.
- KULIT : Senang kalau bersinggungan dengan orang yang disayang atau tidak senang bersunggungan dengan orang yang nerpenyakitan.
- LIDAH : Senang makan atau minum yang enak-enak atau tidak senang memakan makanan yang busuk.
3. RASA SEJATI
Rasa sejati akan timbul bila terdapat rangsangan
dari luar, dan dari tubuh kita akan mengeluarkan sesuatu. Pada waktu keluarnya
sesuatu dari tubuh kita itu, maka timbul Rasa Sejati. Untuk jelasnya lagi Rasa
Sejati timbul pada waktu klimaks/pada waktu melakukan hubungan seksual.
4. RASA TUNGGAL JATI
Rasa Tunggal Jati sering diperoleh oleh mereka
yang sudah dapat melakukan Meraga Sukma (keluar dari jasad) dan Solat Dha’im.
Beda antara Meraga Sukma dan Sholat Dha’im ialah :
1. Kalau Meraga
Sukma jasad masih ada.batin keluar dan dapat pergi kemana saja.
2. Kalau Sholat
Dha’im jasad dan batin kembali keujud Nur dan lalu dapat pergi kemana
saja yang dikehendaki. Juga dapat kembali / bepergian ke ALAM LAUHUL
MAKHFUZ.
Bila kita Meraga Sukma maupun sholat Dha’im, mula
pertama dari ujung kaki akan terasa seperti ada“aliran“ yang menuju ke
atas / kekepala. Pada Meraga sukma, bila “aliran“ itu setibanya
didada akan menimbulkan rasa ragu-ragu/khawatir atau was-was. Bila kita ikhlas,
maka kejadian selanjutnya kita dapat keluar dari jasad, dan yang keluar itu
ternyata masih memiliki jasad. Memang sesungguhnyalah, bahwa setiap manusia itu
memiliki 3 buah wadah lagi, selain jasad/jasmani yang tampak oleh mata lahir
ini. Pada bagian lain bab ini akan kita kupas.Kalau sholat Dha’im bertepatan
dengan adanya “Aliran“ dari arah ujung kaki, maka dengan cepat bagian
tubuh kita akan “Menghilang“ dan kita akan berubah menjadi seberkas
Nur sebesar biji ketumbar dibelah 7 bagian. Bercahaya bagai sebutir berlian
yang berkilauan. Nah, rasa keluar dari jasad atau rasa berubah menjadi setitik
Nur. Nur inilah yang disebut sebagai Rasa Tunggal Jati. Selain itu, baik dalam
Meraga Sukma maupun Sholat Dha’im. Bila hendak bepergian kemana-mana kita
tinggal meniatkan saja maka sudah sampai. Rasa ini juga dapat disebut Rasa
Tunggal Jati. Sebab dalam bepergian itu kita sudah tidak merasakan haus, lapar,
kehausan, kedinginan dan lain sebagainya. Bagi mereka yang berkeinginan untuk
dapat melakukan Meraga Sukma dianjurkan untuk sering Tirakat/Kannat puasa.
Jadikanlah puasa itu sebagai suatu kegemaran. Dan yang penting juga jangan
dilupakan melakukan Dzikir gabungan NAFI-ISBAT dan QOLBU. Dalam sehari-hari
sudah pada tahapan lillahi ta’ala.
Hal ini berlaku baik mereka yang menghendaki
untuk dapat melakukan SHOLAT DHA’IM. Kalau Meraga Sukma mempergunakan Nur
ALLAH, tapi bila SHOLAT DHA’IM sudah mempergunakan Nur ILLAHI. Karena ada Rasa
Sejati, maka Rasa merupakan asal usul segala sesuatu yang ada. Oleh sebab itu
bila hendak mendalami ilmu MA’RIFAT Islam dianjurkan untuk selalu bertindak
berdasarkan rasa. Artinya jangan membenci, jangan menaruh dendam, jangan iri,
jangan sirik, jangan bertindak sembrono, jangan bertindak kasar terhadap sesame
manusia, dll. Sebab dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita ini semua sama ,
karena masing-masing memiliki rasa. Rasa merupakan lingkaran penghubung antara
etika pergaulan antar manusia, juga sebagai lingkaran penghubung pergaulan umat
dengan Penciptanya. Rasa Tunggal jati ini mempunyai arti dan makna yang luas.
Karena bagai hidup itu sendiri. Apapun yang hidup mempunyai arti. Dan apapun
yang mempunyai arti itu hidup. Sama halnya apapun yang hidup mempunyai Rasa.
Dan apapun yang mempunyai Rasa itu Hidup.
Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil
kesimpilan bahwa yang mendiami Rasa itu adalah Hidup. Dan Hidup itu sendiri
ialah Sang Pencipta/ALLAH. Padahal kita semua ini umat yang hidup. Jadi sama
ada Penciptanya. Oleh sebab itu, umat manusia harus saling menghormati, tidak
saling merugikan, bahkan harus saling tolong menolang dll.
Dan hal ini sesuai dalam firman ALLAH : “HAI
MANUSIA! MASUKLAH KALIAN DALAM PERDAMAIAN, JANGAN BERPECAH BELAH MENGIKUTI
LANGKAH SYAITAN, SESUNGGUHNYA SYAITAN ITU MUSUHMU YANG NYATA”
Sumber: Alang alang kumitir