Bagaimana
seorang Muslim berpikir?
"(Yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS.
Aali ‘Imraan, 3:191)
HARUN YAHYA
SEKELUMIT TENTANG PENGARANG
Dengan nama pena HARUN
YAHYA, pengarang telah menulis banyak buku-buku yang berhubungan dengan masalah
politik dan agama. Sejumlah besar karya monumentalnya berbicara tentang cara
pandang dan ideologi materialistik serta pengaruhnya terhadap sejarah dan
perpolitikan dunia. (Nama pena tersebut berasal dari dua nama Nabi: Harun
[Aaron] dan Yahya [John] untuk mengenang dua orang Nabi yang berjuang melawan
kekufuran).
Buku-buku karya
pengarang: Yahudi dan Freemasonri, Freemasonri dan Kapitalisme, Freemasonri:
Agama Syaitan, Anak-Anak Jehovah dan Freemason, Tata Masonik Baru, 'Tangan
Rahasia' di Bosnia, Kebohongan Holocaust, Di Balik Tirai Terorisme, Kartu-Kurdi
Israel, Strategi Nasional Turki, Moral Qur'ani: Solusi, Permusuhan Darwin
Terhadap Bangsa Turki, Kebohongan Teori Evolusi, Bangsa-Bangsa Yang Diadzab,
Zaman Keemasan, Keagungan Warna Ciptaan Allah, Hakikat Kehidupan Dunia, Pengakuan
Kaum Evolusionis, Kesalahpahaman Kaum Evolusionis, Al-Qur'an Menuntun Kepada
Ilmu Pengetahuan, Desain Pada Alam, Perilaku Pengorbanan Diri dan Kecerdasan
Pada Makhluk Hidup, Keabadian Telah Berlangsung, Anakku Darwin Telah
Berbohong!, Berakhirnya Darwinisme, Penciptaan Alam Semesta, Jangan
Berpura-Pura Tidak Tahu, Keabadian dan Hakikat Takdir, Keajaiban Atom,
Keajaiban Sel, Keajaiban Sistem Kekebalan, Keajaiban Mata, Keajaiban Penciptaan
Tumbuhan, Keajaiban Laba-Laba, Keajaiban Nyamuk, Keajaiban Lebah, Keajaiban
Semut.
Terdapat pula
karya-karyanya dalam bentuk booklet: Misteri Atom, Keruntuhan Teori Evolusi:
Fakta Penciptaan, Keruntuhan Materialisme, Berakhirnya Materialisme, Kesalahan
Kaum Evolusionis 1, Kesalahan Kaum Evolusionis 2, Mikrobiologi Meruntuhkan
Teori Evolusi, Fakta Penciptaan, 20 Pertanyaan Yang Meruntuhkan Teori Evolusi,
Kebohongan Terbesar Dalam Sejarah Biologi: Darwinisme.
Karya-karya pengarang
yang berhubungan dengan Al-Qur'an: Pernahkah Anda Berpikir Tentang Kebenaran?,
Mengabdi Hanya Kepada Allah, Meninggalkan Masyarakat Jahiliyyah, Surga, Teori
Evolusi, Nilai Akhlaq Dalam Al-Qur'an, Ilmu Al-Qur'an, Index Al-Qur'an, Hijrah
di Jalan Allah, Sifat Munafiq Dalam Al-Qur'an, Rahasia Orang Munafiq, Nama-Nama
Allah Yang Agung, Berdakwah dan Berdebat Dalam Al-Qur'an, Konsep-Konsep Dasar
Dalam Al-Qur'an, Jawaban-Jawaban Al-Qur'an, Kematian, Kebangkitan dan Neraka,
Perjuangan Para Rasul, Syaitan: Musuh Nyata Manusia, Agama Berhala, Agama Kaum
Jahiliyyah, Kesombongan Syaitan, Doa Dalam Al-Qur'an, Hari Kebangkitan, Jangan
Pernah Lupa, Penilaian Al-Qur'an Yang Terabaikan, Karakter Manusia Dalam
Masyarakat Jahiliyyah, Pentingnya Sabar Dalam Al-Qur'an, Pengetahuan Dasar Dari
Al-Qur'an, Memahami Iman dengan Mudah 1-2-3, Pemikiran Dangkal Tentang Kekufuran,
Iman Yang Sempurna, Sebelum Menyesal, Perkataan Para Rasul, Kasih Sayang Orang
Mukmin, Takut Kepada Allah, Mimpi Buruk Kekafiran, abi Isa Akan Kembali,
Al-Qur'an Memberi Keindahan Pada Kehidupan, Kumpulan Keindahan Ciptaan Allah
1-2-3-4.
HARUN
YAHYA
KEPADA
PEMBACA
Dalam semua buku karya
pengarang, bahasan-bahasan yang berhubungan dengan keimanan diuraikan
berdasarkan petunjuk ayat-ayat Al-Qur'an, masyarakat diajak untuk mempelajari
kalam Allah dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Semua pokok bahasan yang
berhubungan dengan ayat-ayat Allah diuraikan dengan cara yang demikian sehingga
tidak menyisakan ruang keragu-raguan atau tanda tanya dalam pikiran para
pembaca. Penyampaian pesan secara ikhlas, sederhana dan fasih yang digunakan
memudahkan setiap orang dari segala umur dan lapisan sosial untuk dapat
memahami buku-bukunya. Cara penjelasan yang efektif dan lugas membuat buku-buku
tersebut dapat dibaca dalam waktu yang relatif singkat. Bahkan mereka yang
sangat anti terhadap hal-hal yang berbau agama mampu terpengaruhi oleh
fakta-fakta yang dipaparkan dalam buku-buku tersebut serta tidak mampu menolak
kebenaran isinya.
Buku ini dan juga
buku-buku lain karya pengarang dapat dibaca secara individu ataupun dipelajari
dalam kelompok sebagai bahan diskusi. Pembacaan buku-buku tersebut dalam sebuah
kelompok pembaca yang memiliki keinginan untuk mengambil manfaat darinya akan
sangat baik, dalam arti bahwa para pembaca dapat menyampaikan pemahaman dan
pengalaman mereka satu sama lain.
Juga, peran serta dalam
penyampaian dan pembacaan buku-buku ini, yang ditulis hanya karena mengharap
ridha Allah, adalah suatu amal kebaikan terhadap Islam. Semua buku-buku karya
pengarang sangat berpengaruh kepada para pembaca. Oleh sebab itu, mereka yang
ingin mendakwahkan Islam kepada orang lain, salah satu cara yang efektif adalah
mengajak mereka untuk membaca buku-buku tersebut.
DAFTAR ISI
Pendahuluan
Berpikir
mendalam:
Tentang apakah
manusia biasanya berpikir?
Alasan-alasan
apakah yang menyebabkan
Manusia tidak
mau berpikir?
Hal-hal yang
perlu dipikirkan
Memikirkan
ayat-ayat Al-Qur’an
Kesimpulan
PENDAHULUAN
Pernahkah anda memikirkan
bahwa anda tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini; dan anda telah diciptakan
dari sebuah ketiadaan?
Pernahkan anda berpikir
bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat di ruang tamu, yang tumbuh dari
tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni?
Pernahkan anda memikirkan
seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitari anda,
mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita
tidak mampu melihatnya?
Pernahkan anda berpikir
bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk
berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging
buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?
Pernahkan anda berpikir
bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur,
yang menghancur luluhkan rumah, kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah
sehingga dalam tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu
yang anda miliki di dunia ini?
Pernahkan anda berpikir
bahwa kehidupan anda berlalu dengan sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua
dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan
kekuatan anda?
Pernahkan anda memikirkan
bahwa suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang
menjemput untuk membawa anda meninggalkan dunia ini?
Jika demikian, pernahkan
anda berpikir mengapa manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang
sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai
tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?
Manusia adalah makhluk
yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak
menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada
kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.
Sebenarnya, setiap orang
memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak
menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta
yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di
hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan
berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus
disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan
akalnya semaksimal mungkin.
Buku ini ditulis dengan
tujuan mengajak manusia "berpikir sebagaimana mestinya" dan
mengarahkan mereka untuk "berpikir sebagaimana mestinya". Seseorang
yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah
kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan
mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia.
Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan Kami tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan
bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)
"Maka apakah kamu
mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan
bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu’minuun,
23:115)
Oleh karena itu, yang
paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang
ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia
lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai
selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui
kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung
jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah
terlambat. Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap
manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:
"Dan pada hari itu
diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi
tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, "Alangkah
baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini."
(QS. Al-Fajr, 89:23-24)
Padahal Allah telah
memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk
kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita
renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai
bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh
manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan
merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:
"Dan mengapa mereka
tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar
dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia
benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS.
Ar-Ruum, 30: 8)
BERPIKIR SECARA MENDALAM
Banyak yang
beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam", seseorang perlu
memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah
ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh,
mereka telah menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu
yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini
hanyalah untuk kalangan "filosof".
Padahal,
sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah mewajibkan manusia untuk
berpikir secara mendalam atau merenung. Allah berfirman bahwa Al-Qur'an
diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan: "Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29). Yang
ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas
sekuat tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.
Sebaliknya,
orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir mendalam akan terus-menerus
hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata kelalaian mengandung arti
"ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan,
tidak menghiraukan, dalam kecerobohan". Kelalaian manusia yang tidak
berpikir adalah akibat melupakan atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan
penciptaan diri mereka serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup
yang sangat berbahaya yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan
dengan hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam
golongan orang-orang yang lalai:
"Dan
sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A’raaf, 7: 205)
"Dan
berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala
perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula)
beriman." (QS. Maryam, 19: 39)
Dalam
Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir secara sadar,
kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan
mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah juga menyatakan bahwa orang-orang
yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun
hanya sekedar mengikuti kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika
ditanya, para pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa
mereka adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah.
Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan aktifitas hidup
tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan ini sebagaimana
digambarkan dalam Al-Qur'an:
Katakanlah:
"Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu
mengetahui?"
Mereka
akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu
tidak ingat?"
Katakanlah:
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang
besar?"
Mereka
akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu
tidak bertakwa?"
Katakanlah:
"Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang
Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika
kamu mengetahui?"
Mereka
akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian),
maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?"
"Sebenarnya
Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar
orang-orang yang berdusta." (QS. Al-Mu’minuun, 23: 84-90)
Berpikir dapat membebaskan seseorang daribelenggu sihir
Dalam ayat di
atas, Allah bertanya kepada manusia, "…maka dari jalan manakah kamu ditipu
(disihir)?. Kata disihir atau tersihir di sini mempunyai makna kelumpuhan
mental atau akal yang menguasai manusia secara menyeluruh. Akal yang tidak
digunakan untuk berpikir berarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan
menjadi kabur, berperilaku sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan
di depan matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang
salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang sederhana
sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk memahami
peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak mampu melihat
bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang ada. Apa yang menyebabkan
masyarakat secara keseluruhan tenggelam dalam kehidupan yang melalaikan selama
ribuan tahun serta menjauhkan diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah
menjadi sebuah tradisi adalah kelumpuhan akal ini.
Pengaruh sihir yang
bersifat kolektif tersebut dapat dikiaskan sebagaimana berikut:
Dibawah permukaan bumi
terdapat sebuah lapisan mendidih yang dinamakan magma, padahal kerak bumi
sangatlah tipis. Tebal lapisan kerak bumi dibandingkan keseluruhan bumi adalah
sebagaimana tebal kulit apel dibandingkan buah apel itu sendiri. Ini berarti
bahwa magma yang membara tersebut demikian dekatnya dengan kita, dibawah
telapak kaki kita!
Setiap orang mengetahui
bahwa di bawah permukaan bumi ada lapisan yang mendidih dengan suhu yang sangat
panas, tetapi manusia tidak terlalu memikirkannya. Hal ini dikarenakan para
orang tua, sanak saudara, kerabat, teman, tetangga, penulis artikel di koran
yang mereka baca, produser acara-acara TV dan professor mereka di universitas
tidak juga memikirkannya.
Ijinkanlah kami
mengajak anda berpikir sebentar tentang masalah ini. Anggaplah seseorang yang
telah kehilangan ingatan berusaha untuk mengenal sekelilingnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada setiap orang di sekitarnya.
Pertama-tama ia menanyakan tempat dimana ia berada. Apakah kira-kira yang akan
muncul di benaknya apabila diberitahukan bahwa di bawah tempat dia berdiri
terdapat sebuah bola api mendidih yang dapat memancar dan berhamburan dari
permukaan bumi pada saat terjadi gempa yang hebat atau gunung meletus? Mari
kita berbicara lebih jauh dan anggaplah orang ini telah diberitahu bahwa bumi
tempat ia berada hanyalah sebuah planet kecil yang mengapung dalam ruang yang
sangat luas, gelap dan hampa yang disebut ruang angkasa. Ruang angkasa ini
memiliki potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan materi bumi tersebut,
misalnya: meteor-meteor dengan berat berton-ton yang bergerak dengan leluasa di
dalamnya. Bukan tidak mungkin meteor-meteor tersebut bergerak ke arah bumi dan
kemudian menabraknya.
Mustahil orang
ini mampu untuk tidak berpikir sedetikpun ketika berada di tempat yang penuh
dengan bahaya yang setiap saat mengancam jiwanya. Ia pun akan berpikir pula
bagaimana mungkin manusia dapat hidup dalam sebuah planet yang sebenarnya
senantiasa berada di ujung tanduk, sangat rapuh dan membahayakan nyawanya. Ia lalu
sadar bahwa kondisi ini hanya terjadi karena adanya sebuah sistim yang sempurna
tanpa cacat sedikitpun. Kendatipun bumi, tempat ia tinggal, memiliki bahaya
yang luar biasa besarnya, namun padanya terdapat sistim keseimbangan yang
sangat akurat yang mampu mencegah bahaya tersebut agar tidak menimpa manusia.
Seseorang yang menyadari hal ini, memahami bahwa bumi dan segala makhluk di
atasnya dapat melangsungkan kehidupan dengan selamat hanya dengan kehendak
Allah, disebabkan oleh adanya keseimbangan alam yang sempurna dan tanpa cacat
yang diciptakan-Nya.
Contoh di atas
hanyalah satu diantara jutaan, atau bahkan trilyunan contoh-contoh yang
hendaknya direnungkan oleh manusia. Di bawah ini satu lagi contoh yang
mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana "kondisi lalai" dapat
mempengaruhi sarana berpikir manusia dan melumpuhkan kemampuan akalnya.
Manusia
mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir sangat cepat. Anehnya,
masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah mereka tidak akan pernah meninggalkan
dunia. Mereka melakukan pekerjaan seakan-akan di dunia tidak ada kematian.
Sungguh, ini adalah sebuah bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara
turun-temurun. Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada
yang berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan topik
tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu mereka dan
tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang mengabiskan seluruh
hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan musim panas, mobil dan
kemudian menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin
berpikir bahwa pada suatu hari mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa
mobil, rumah, ataupun anak-anak beserta mereka. Akibatnya, daripada melakukan
sesuatu untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak
berpikir tentang kematian.
Namun, cepat
atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya
atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah
kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka,
tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena
hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya
alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah
sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan
merenung.
Orang-orang
yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir dengan cara berpikir, yang
mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian, akan melihat kebenaran dengan mata
kepala mereka sendiri setelah mereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah
kepada kita dalam Al-Qur'an :
"Sesungguhnya
kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu
tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat
tajam." (QS. Qaaf, 50: 22)
Dalam ayat di
atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak mau berpikir, akan tetapi
penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan dari alam kubur dan ketika
mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di akhirat.
Perlu digaris
bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya secara sengaja untuk
dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan hal
ini mereka akan hidup dengan tentram. Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah
bagi seseorang untuk merubah kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan
mental atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui
kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia yang
merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu sihir pada saat
mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan memahami tujuan dan makna yang
hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia pun akan mampu memahami kebijaksanaan
dari apapun yang Allah ciptakan setiap saat.
Seseorang dapat berpikir kapanpun dan dimanapun
Berpikir
tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat
berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi
mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan,
melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.
Misalnya: di
saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan orang berada di luar.
Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk berpikir tentang berbagai macam
hal. Dalam benaknya tergambar penampilan fisik dari ratusan orang yang sedang
disaksikannya yang sama sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara mereka yang
mirip dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang ini
memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai mata, alis, bulu
mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka terlihat sangat
berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam, ia akan teringat bahwa:
Allah telah
menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya berbeda satu dengan
yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke Maha Perkasaan dan ke Maha Besaran
Allah.
Menyaksikan
manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka
masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika
pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini
terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki
dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau
sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan,
tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja,
menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi
tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari
sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh
berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul
atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang
suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang
tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan
berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari
akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku
seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan
mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah
mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka
di dunia tak akan pernah berakhir?"
Orang yang
memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan
mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan.
Sebagian besar
manusia tidak berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi
setelahnya. Ketika mendadak ditanya,"Apakah yang sedang anda pikirkan saat
ini?", maka akan terlihat bahwa mereka sedang memikirkan segala sesuatu
yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak
manfaatnya bagi mereka. Namun, seseorang bisa juga "berpikir" hal-hal
yang "bermakna", "penuh hikmah" dan "penting"
setiap saat semenjak bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, dan mengambil
pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya.
Dalam
Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan
merenungkan secara mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran
yang berguna dari apa yang mereka pikirkan.
"Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Aali ‘Imraan, 3: 190-191).
Ayat di atas
menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang
berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah
dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.
Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan diri kepada
Allah
Agar sebuah
perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada sebuah
kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya:
seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari
dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya
dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa
iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah.
Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk
rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan
melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan
memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang
tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah
agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa
seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk
mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir
yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya.
Keberhasilan
dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses
berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh
kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia
renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya
selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah
berfirman dalam Al-Qur'an :
"Dia
lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan
untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang
yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir, 40: 13).
TENTANG APAKAH MANUSIA BIASANYA BERPIKIR?
Dalam bab
terdahulu telah disebutkan bahwa kebanyakan manusia tidak berpikir sebagaimana
seharusnya mereka berpikir dan tidak mengembangkan sarana dan potensi berpikir
mereka. Namun ada satu hal lagi yang penting untuk dijelaskan di sini. Tidak
dapat dipungkiri bahwa hal-hal tertentu selalu terlintas dalam benak manusia
setiap saat sepanjang hidupnya. Hampir tidak ada masa, kecuali ketika tidur,
dimana pikiran manusia benar-benar kosong. Sayangnya, sebagian besar dari
pikiran-pikiran ini tidak berguna, "sia-sia" dan "tidak
perlu", sehingga tidak akan bermanfaat di akherat kelak, tidak menuntun ke
arah yang benar dan tidak mendatangkan kebaikan kepadanya.
Andaikata
seseorang berusaha untuk mengingat apa-apa yang telah dipikirkannya pada suatu
hari, lalu mencatat dan memeriksanya dengan seksama di penghujung hari
tersebut, ia akan melihat betapa sia-sianya kebanyakan dari apa yang telah ia
pikirkan. Andaikata ia menemukan sebagian dari padanya bermanfaat, maka boleh
jadi ia tertipu. Sebab secara keseluruhan, pikiran-pikiran yang menurutnya
benar adakalanya ternyata tidak akan mendatangkan keuntungan sedikitpun di
akhirat.
Seperti halnya
membuang waktu dengan melakukan pekerjaan yang sia-sia dalam kehidupan
sehari-hari, manusia adakalanya pula menghabiskan waktunya secara sia-sia
dengan terbawa oleh pikiran-pikiran yang tidak bermanfaat. Dalam ayat:
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman…yaitu…(dan)
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna" (QS. Al-Mukminun, 23 :1&3) Allah mengajak manusia agar
bersungguh-sungguh dalam masalah ini. Sudah pasti bahwa perintah Allah di ayat
tersebut juga berlaku dalam hal berpikir. Sebab pikiran-pikiran yang tidak
terkendali akan terus-menerus mengalir dalam benak seseorang. Seseorang dengan sadar
mengalihkan pikirannya dari satu hal ke hal lain. Ketika sedang dalam
perjalanan pulang ke rumah, seseorang memikirkan rencana untuk berbelanja.
Mendadak kemudian ia berpikir tentang hal lain, yakni apa-apa yang pernah
dikatakan temannya satu atau dua tahun yang lalu. Pikiran yang tidak terkontrol
dan tidak berguna ini dapat berlangsung terus-menerus sepanjang hari. Padahal,
yang kuasa mengontrol pikiran-pikiran tersebut adalah dirinya sendiri. Setiap
orang memiliki kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang dapat memperbaiki
keadaan dirinya; meningkatkan keimanan, kemampuan berpikir, perilaku; serta
memperbaiki keadaan sekelilingnya.
Dalam bab ini
akan diuraikan beberapa hal yang pada umumnya cenderung dipikirkan oleh mereka
yang berada dalam kelalaian. Alasan mengapa masalah tersebut dijelaskan secara
panjang lebar adalah agar orang-orang yang lalai, dan yang membaca buku ini,
segera menyadari bahwa ketika di kemudian hari peristiwa yang sebagaimana
disebutkan di buku ini terlintas dalam benak mereka ketika dalam perjalanan ke
tempat kerja atau ke sekolah; atau ketika sedang melakukan pekerjaan yang
rutin, mereka tidak lagi berpikir tentang hal-hal yang sia-sia. Sebaliknya
mereka akan mampu mengendalikan pikiran-pikiran mereka dan berpikir segala
sesuatu yang benar-benar berguna bagi diri mereka.
Khayalan yang tidak bermanfaat
Ketidakmampuan
dalam mengendalikan pikiran ke arah yang baik akan mengakibatkan seseorang
seringkali merasa khawatir atau mengalami peristiwa-peristiwa yang sebenarnya
belum terjadi seolah-olah telah terjadi dalam benaknya, dan terseret dalam
kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan.
Misalnya, orang
tua yang mempunyai anak yang tengah belajar untuk menghadapi ujian kadangkala
membuat sebuah skenario sebelum ujian tersebut berlangsung dalam benaknya:
"Apa yang akan terjadi jika anaknya tidak lulus ujian? Jika anak
laki-lakinya tidak memperoleh pekerjaan yang layak di masa depan, mendapatkan
penghasilan yang cukup, maka ia tidak dapat menikah. Kalaulah ia menikah,
bagaimana ia dapat membiayai pernikahannya? Jika ia tidak lulus ujian, semua
uang yang dikeluarkan untuk persiapan ujian tersebut akan terbuang percuma.
Tambahan lagi, ia akan terhina di mata orang-orang. Apalagi jika anak laki-laki
teman dekatnya ternyata lulus sedang anaknya sendiri gagal…"
Khayalan-khayalan
tersebut terus berkembang, padahal anaknya belum melaksanakan ujian. Seseorang
yang jauh dari agama akan mudah terbawa oleh khayalan sia-sia yang serupa
sepanjang hidupnya. Hal ini tentu ada sebabnya. Al-Qur'an menyebutkan bahwa
yang menyebabkan manusia terbelenggu oleh khayalan atau angan-angan kosong
adalah dikarenakan mereka membiarkan telinga mereka dibisiki oleh syaitan:
"Dan
aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka ..." (QS. An-Nisaa’, 4: 119)
Sebagaimana
termaktub dalam ayat di atas, mereka yang terbawa oleh khayalan kosong, akan
melupakan Allah, tidak berpikir, dan senantiasa menerima bisikan-bisikan
syaitan. Dengan kata lain, jika seseorang yang tertipu oleh kehidupan dunia
tidak menggunakan kekuatan tekad mereka, tidak bertindak secara sadar dan
berusaha meninggalkan kondisi yang demikian, ia akan berada dalam kendali
syaitan secara penuh. Satu diantara pekerjaan syaitan yang patut diketahui
adalah senantiasa menimbulkan keragu-raguan dan khayalan-khayalan kosong dalam
diri manusia. Oleh karena itu, segala khayalan, perasaan putus asa dan
kekhawatiran seperti: "apa yang akan saya perbuat jika akan terjadi yang
demikian" terbentuk dalam benak seseorang akibat bisikan-bisikan syaitan.
Allah telah
memberikan jalan keluar dari keadaan yang buruk ini. Dalam Al-Qur'an, ketika
niatan-niatan jahat syaitan melingkupi manusia, mereka dianjurkan untuk minta
perlindungan kepada Allah dan mengingat-Nya:
"Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka
ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan
dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan)" (QS.
Al-A’raaf, 7: 201-202)
Sebagaimana
disebutkan dalam ayat tersebut, mereka yang berpikir akan dapat mengetahui mana
yang benar, sebaliknya mereka yang tidak berpikir akan menuju ke arah mana saja
syaitan menyeret mereka.
Yang terpenting
adalah mengetahui bahwa khayalan-khayalan semacam ini tidak akan mendatangkan
manfaat kepada manusia. Bahkan sebaliknya, menghambat mereka dari memikirkan
tentang kebenaran, hal-hal yang penting; dan mencegah kebersihan akal dari
segala hal yang sia-sia. Manusia mampu berpikir secara benar jika akalnya telah
bebas dari pikiran yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Dengan demikian, mereka
"menghindarkan diri dari apapun yang tidak bermanfaat" sebagaiman
Allah perintahkan dalam Al-Qur'an.
FAKTOR-FAKTOR APAKAH YANG MENYEBABKAN MANUSIA TIDAK MAU BERPIKIR?
Ada banyak
sebab yang menghalangi manusia untuk berpikir. Satu, atau beberapa, atau semua
sebab ini dapat mencegah seseorang untuk berpikir dan memahami kebenaran. Oleh
karena itu, perlu kiranya setiap orang mencari faktor-faktor yang menyebabkan
mereka berada dalam kondisi yang kurang baik tersebut, dan berusaha melepaskan
diri darinya. Jika tidak dilakukan, ia tidak akan mampu mengetahui realitas
yang sebenarnya dari kehidupan dunia yang pada akhirnya menghantarkannya kepada
kerugian besar di akhirat.
Dalam Al-Qur'an
Allah memberitakan keadaan orang-orang yang terbiasa berpikir dangkal:
"Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang
(kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang
ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar
akan pertemuan dengan Tuhannya". (QS. Ar-Ruum, 30: 7-8)
Kelumpuhan mental akibat mengikuti kebanyakan orang
Satu sebab yang
membuat kebanyakan orang tersesat adalah keyakinannya bahwa apa yang dilakukan
"sebagian besar" manusia adalah benar. Manusia biasanya lebih
cenderung menerima apa yang diajarkan oleh orang-orang disekitarnya, daripada
berpikir untuk mencari sendiri kebenaran dari apa yang diajarkan tersebut. Ia
melihat bahwa hal-hal yang pada mulanya kelihatannya janggal seringkali
dianggap biasa oleh kebanyakan orang, atau bahkan tidak terlalu dipedulikan.
Maka setelah beberapa lama, ia kemudian menjadi terbiasa juga dengan hal-hal
tersebut.
Sebagai contoh:
sebagian besar dari teman-teman di sekitarnya tidak berpikir bahwa suatu hari
mereka akan mati. Mereka bahkan tidak membiarkan satu orang pun berbicara
mengenai masalah ini untuk mengingatkan tentang kematian. Seseorang yang berada
dalam lingkungan yang demikian akan berkata,"Karena semua orang seperti
itu, maka tidak ada salahnya jika saya berperilaku sama seperti mereka."
Lalu orang tersebut menjalani hidupnya tanpa mengingat kematian sama sekali.
Sebaliknya, jika orang-orang di sekitarnya bertingkah laku sebagai orang yang
takut kepada Allah dan beramal secara sungguh-sungguh untuk hari akhir, sangat
mungkin orang ini akan juga berubah sikap.
Sebagai contoh
tambahan: ratusan berita tentang bencana alam, ketidakadilan, ketidakjujuran,
kedzaliman, bunuh diri, pembunuhan, pencurian, penggelapan uang diberitakan di
TV dan majalah-majalah. Ribuan orang yang membutuhkan bantuan disebutkan setiap
hari. Tetapi banyak dari mereka yang membaca berita-berita tersebut,
membolak-balik halaman surat kabar atau menekan tombol TV dengan tenangnya.
Pada umumnya, manusia tidak memikirkan mengapa berita-berita semacam ini
demikian banyak; apa yang harus dilakukan dan persiapan-persiapan apa yang
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya peristiwa yang sedemikian
mengenaskan; serta apa yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Kebanyakan manusia menuding orang atau pihak lain bertanggung jawab
atas kejadian-kejadian tersebut. Dengan seenaknya mereka melontarkan kata-kata
seperti "apakah menjadi tanggung jawab saya untuk menyelamatkan dunia
ini?"
Kemalasan mental
Kemalasan
adalah sebuah faktor yang menghalangi kebanyakan manusia dari berpikir.
Akibat
kemalasan mental, manusia melakukan segala sesuatu sebagaimana yang pernah
mereka saksikan dan terbiasa mereka lakukan. Untuk memberikan sebuah contoh
dari kehidupan sehari-hari: cara yang digunakan para ibu rumah tangga dalam
membersihkan rumah adalah sebagaimana yang telah mereka lihat dari ibu-ibu
mereka dahulu. Pada umumnya tidak ada yang berpikir, "Bagaimana
membersihkan rumah dengan cara yang lebih praktis dan hasil yang lebih
bersih" dengan kata lain, berusaha menemukan cara baru. Demikian juga,
ketika ada yang perlu diperbaiki, manusia biasanya menggunakan cara yang telah
diajarkan ketika mereka masih kanak-kanak. Umumnya mereka enggan berusaha
menemukan cara baru yang mungkin lebih praktis dan berdaya guna. Cara berbicara
orang-orang ini juga sama. Cara bagaimana seorang akuntan berbicara, misalnya,
sama seperti akuntan-akuntan yang lain yang pernah ia lihat selama hidupnya.
Para dokter, banker, penjual…..dan orang-orang dari latar belakang apapun
mempunyai cara bicara yang khas. Mereka tidak berusaha mencari yang paling
tepat, paling baik dan paling menguntungkan dengan berpikir. Mereka sekedar
meniru dari apa yang telah mereka lihat.
Cara pemecahan
masalah yang dipakai juga menunjukkan kemalasan dalam berpikir. Sebagai contoh:
dalam menangani masalah sampah, seorang manajer sebuah gedung menerapkan metode
yang sama sebagaimana yang telah dipakai oleh manajer sebelumnya. Atau seorang
walikota berusaha mencari jalan keluar tentang masalah jalan raya dengan meniru
cara yang digunakan oleh walikota-walikota sebelumnya. Dalam banyak hal, ia
tidak dapat mencari pemecahan yang baru dikarenakan tidak mau berpikir.
Sudah pasti,
contoh-contoh di atas dapat berakibat fatal bagi kehidupan manusia jika tidak
ditangani secara benar. Padahal masih banyak masalah yang lebih penting dari
itu semua. Bahkan jika tidak dipikirkan, akan mendatangkan kerugian yang besar
dan kekal bagi manusia. Penyebab kerugian tersebut adalah kegagalan seseorang
dalam berpikir tentang tujuan keberadaannya di dunia; ketidakpedulian akan
kematian sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari; dan kepastian akan
hari penghisaban setelah mati. Dalam Al-Qur'an, Allah mengajak manusia untuk
merenungkan fakta yang sangat penting ini:
"Mereka
itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, dan lenyaplah dari mereka
apa yang selalu mereka ada-adakan. Pasti mereka itu di akhirat menjadi
orang-orang yang paling merugi. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka
itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Perbandingan
kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang
buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua
golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran
(daripada perbandingan itu)?" (QS. Huud, 11: 21-24)
"Maka
apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan
(apa-apa) ? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl,
16: 17)
Anggapan bahwa berpikir secara mendalam tidaklah
baik
Ada sebuah
kepercayaan yang kuat dalam masyarakat bahwa berpikir secara mendalam tidaklah
baik. Mereka saling mengingatkan satu sama lain dengan mengatakan "jangan
terlalu banyak berpikir, anda akan kehilangan akal". Sungguh ini tidak
lain hanyalah omong kosong yang didengung-dengungkan oleh mereka yang jauh dari
agama. Yang seharusnya dihindari bukanlah tidak berpikir, akan tetapi
memikirkan keburukan; atau terjerumus dalam keragu-raguan, khayalan-khayalan
atau angan-angan kosong.
Mereka yang
tidak memiliki keimanan yang kuat kepada Allah dan hari akhir, tidak berpikir
mengenai hal-hal yang baik dan bermanfaat, akan tetapi hal-hal yang negatif.
Sehingga hasil yang tidak bermanfaatlah yang pada akhirnya muncul dari
perenungan mereka. Mereka berpikir, misalnya, bahwa hidup di dunia adalah
sementara, dan bahwa mereka suatu hari akan mati, akan tetapi hal ini
menjadikan mereka putus harapan. Sebab secara sadar mereka tahu bahwa menjalani
kehidupan tanpa mengikuti perintah Allah hanya akan menyengsarakan mereka di
akhirat. Sebagian dari mereka bersikap pesimistik karena berkeyakinan bahwa
mereka akan lenyap sama sekali setelah mati.
Orang yang
bijak, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian memiliki pola pikir yang
sama sekali berbeda ketika mengetahui bahwa hidup di dunia hanyalah sementara.
Pertama-tama, kesadarannya akan kehidupan dunia yang sementara mendorongnya
untuk memulai sebuah perjuangan atau kerja keras yang sungguh-sungguh untuk
kehidupannya yang hakiki dan abadi di akhirat. Karena tahu bahwa hidup ini
cepat atau lambat akan berakhir, ia tidak terlenakan oleh ambisi syahwat dan
kepentingan dunia. Ia terlihat sangat tenang. Tak satupun peristiwa yang
menimpanya dalam kehidupan yang sementara ini membuatnya marah. Dengan ceria ia
selalu berpikir tentang harapan untuk meraih kehidupan yang abadi dan
menyenangkan di akhirat. Ia juga sangat menikmati keberkahan dan keindahan
dunia. Allah telah menciptakan kehidupan dunia dengan tidak sempurna dan penuh
kekurangan sebagai ujian bagi manusia. Ia berpikir bahwa jika dalam kehidupan
di dunia yang tidak sempurna dan cacat ini terdapat demikian banyak kenikmatan
untuk manusia, maka sudah pasti kehidupan surga amat tak terbayangkan lagi
keindahannya. Ia mendambakan untuk melihat keindahan yang hakiki di akhirat.
Dan ia memahami semua hal tersebut setelah berpikir secara mendalam.
Berlepas diri dari tanggung jawab melaksanakan apa yang
diperoleh dari berpikir
Kebanyakan
manusia beranggapan bahwa mereka dapat mengelak dari berbagai macam tanggung
jawab dengan menghindarkan diri dari berpikir, dan mengalihkan akalnya untuk
memikirkan hal-hal yang lain. Dengan melakukan yang demikian di dunia, mereka
berhasil melepaskan diri mereka sendiri dari beragam masalah. Satu diantara
banyak hal yang sangat menipu manusia adalah anggapan bahwa mereka akan dapat
membebaskan diri dari kewajiban mereka kepada Allah dengan cara tidak berpikir.
Inilah sebab utama yang membuat mereka tidak berpikir tentang kematian dan
kehidupan setelahnya. Jika seseorang berpikir bahwa ia suatu hari akan mati dan
selalu ingat bahwa ada kehidupan abadi setelah mati, maka ia wajib bekerja
keras untuk kehidupannya setelah mati. Tetapi ia telah menipu dirinya sendiri
ketika berkeyakinan bahwa kewajiban tersebut akan lepas dengan sendirinya
ketika ia tidak berpikir tentang keberadaan akhirat. Ini adalah kekeliruan yang
sangat besar, dan jika seseorang tidak mendapatkan kebenaran di dunia dengan
berpikir, maka setelah kematiannya ia baru akan menyadari bahwa tidak ada jalan
keluar baginya untuk meloloskan diri.
"Dan
datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari
terlaksananya ancaman." (QS. Qaaf, 50: 19-20)
Tidak berpikir akibat terlenakan oleh kehidupan sehari-hari
Kebanyakan
manusia menghabiskan keseluruhan hidup mereka dalam
"ketergesa-gesaan". Ketika mencapai umur tertentu, mereka harus
bekerja dan menanggung hidup diri mereka dan keluarga mereka. Mereka menganggap
hal ini sebagai sebuah "perjuangan hidup". Dan, karena harus bekerja
keras, jungkir balik dalam pekerjaan, mereka mengatakan tidak mempunyai waktu
lagi untuk hal-hal yang lain, termasuk berpikir. Akhirnya mereka pun terbawa
larut oleh arus ke arah mana saja kehidupan mereka ini membawa mereka. Dengan
demikian, mereka menjadi tidak peka lagi dengan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di sekitar.
Namun, tidak
sepatutnya manusia memiliki tujuan hidup hanya sekedar menghabiskan waktu;
bergegas pergi dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang terpenting di sini
adalah kemampuan melihat kenyataan sesungguhnya dari kehidupan dunia ini untuk
kemudian menempuh jalan hidup yang sebenarnya. Tidak ada satu orang pun yang
mempunyai tujuan akhir mendapatkan uang, bekerja, belajar di universitas atau
membeli rumah. Sudah barang tentu manusia perlu melakukan ini semua dalam
hidupnya, namun yang mesti senantiasa ada dalam benaknya ketika melakukan
segala hal tersebut yaitu kesadaran akan keberadaan manusia di dunia sebagai
hamba Allah, untuk bekerja demi mencari ridha, kasih sayang dan surga Allah.
Segala perbuatan dan pekerjaan selain untuk tujuan tersebut hanyalah berfungsi
sebagai "sarana" untuk membantu manusia dalam meraih tujuan yang
sebenarnya. Menempatkan sarana sebagai tujuan utama adalah sebuah kekeliruan
yang amat besar yang didengung-dengungkan syaitan kepada manusia.
Seseorang yang
hidup tanpa berpikir akan mudah sekali menjadikan sarana tersebut sebagai
tujuan. Kita dapat menyebutkan contoh-contoh lain yang serupa dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya: tidak dapat diragukan bahwa bekerja dan menghasilkan
berbagai hal yang bermanfaat untuk masyarakat adalah perbuatan baik. Seseorang
yang beriman kepada Allah akan melakukan pekerjaan tersebut dengan bersemangat
sambil mengharapkan balasan Allah di dunia dan di akhirat. Sebaliknya jika
seseorang melakukan hal yang sama tanpa mengingat Allah dan hanya mengharapkan
imbalan dunia, seperti mendapatkan jabatan tinggi agar dihormati oleh
masyarakat, maka ia telah melakukan kekeliruan. Ia telah melakukan sesuatu yang
sebenarnya dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuannya, yakni
mencari ridha Allah. Ketika menemukan realitas yang sebenarnya di akhirat, ia
merasa sangat menyesal karena telah melakukan hal yang demikian. Dalam sebuah
ayat, Allah merujuk ke mereka yang terpedaya oleh kehidupan dunia sebagaimana
berikut:
"(Keadaan
kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti keadaan orang-orang
sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan
anak-anaknya dari kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu
telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati
bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka
mempercakapkannya. Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di
akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. At-Taubah, 9: 69).
Melihat segala sesuatu dengan "penglihatan yang biasa",
sekedar melihat tanpa perenungan
Ketika melihat beberapa
hal yang baru untuk pertama kalinya, manusia mungkin menemukan berbagai hal
yang luar biasa yang mendorong mereka berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh
apa yang sedang mereka lihat tersebut. Namun setelah sekian lama, mereka mulai
terbiasa dengan hal-hal ini dan tidak lagi merasa takjub. Terutama sebuah benda
ataupun kejadian yang mereka temui setiap hari sudah menjadi sesuatu yang
"biasa" saja bagi mereka.
Sebagai contoh, beberapa
orang calon dokter merasakan adanya pengaruh terhadap dirinya ketika pertama
kali melihat jenazah. Saat pertama kali satu di antara para pasien mereka
meninggal dapat membuat mereka termenung lama. Padahal beberapa menit yang lalu
jasad tak bernyawa ini masih hidup, tertawa, memikirkan rencana-rencana,
berbicara, menikmati hidup dengan wajah yang ceria. Orang yang tadinya hidup
serta melihat dengan mata yang ceria, berbicara tentang rencana masa depan,
menikmati sarapan di pagi hari mendadak terbaring tanpa ruh. Ketika pertama
kali mayat tersebut diletakkan di depan para dokter tersebut untuk diautopsi,
mereka berpikir segala hal yang mereka lihat padanya. Tubuhnya membusuk
demikian cepat, bau yang menusuk hidung pun tercium, rambut yang tadinya
terlihat indah menjadi demikian kusut hingga tak seorang pun sudi menyentuhnya.
Kesemua ini termasuk apa yang ada di benak mereka. Lalu mereka pun berpikir:
bahan pembentuk semua manusia adalah sama dan jasad mereka akan mengalami akhir
yang serupa, yakni mereka pun akan menjadi seperti mayat yang mereka saksikan.
Namun, setelah
berulang-ulang melihat beberapa mayat dan mendapati beberapa pasiennya
meninggal dunia, orang-orang ini pada akhirnya menjadi terbiasa. Mereka lalu
memperlakukan mayat-mayat, atau bahkan para pasien mereka sebagaimana barang
atau benda.
Sungguh, ini
tidak berlaku terhadap dokter saja. Terhadap kebanyakan manusia, hal yang sama
dapat terjadi dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh, ketika seseorang yang
biasa hidup dalam kesusahan dikaruniai kehidupan yang serba berkecukupan, ia
akan sadar bahwa semua yang ia miliki adalah sebuah kenikmatan untuknya. Tempat
tidurnya menjadi lebih nyaman, tempat tinggalnya menghadap ke arah pemandangan
yang indah, ia dapat membeli apapun yang diinginkannya, menghangatkan rumahnya
di musim dingin sekehendaknya, dengan mudahnya pergi dari satu tempat ke tempat
yang lain dengan kendaraan, dan banyak hal lain yang kesemuanya adalah
kenikmatan baginya. Ketika membandingkan dengan keadaan yang sebelumnya, ia
akan merasa bersyukur dan bahagia. Akan tetapi, bagi orang yang telah memiliki
kesemua ini sejak lahir mungkin tak pernah terlalu memikirkan tentang nilai
dari semua kenikmatan tersebut. Jadi, penilaian terhadap segala kenikmatan ini
tidak mungkin dilakukannya tanpa ia mau berpikir secara mendalam.
Lain halnya
bagi seseorang yang mau merenung, tidaklah menjadi persoalan apakah ia
mendapatkan segala kenikmatan tersebut sejak lahir atau di kemudian hari. Sebab
ia tidak pernah melihat apa yang dimilikinya sebagai sesuatu yang biasa-biasa
saja. Ia paham bahwa segala yang ia punyai adalah ciptaan Allah.
Sekehendak-Nya, Allah berkuasa mengambil semua kenikmatan yang ada darinya. Sebagai
contoh, orang-orang mukmin ketika menaiki hewan tunggangan, yakni kendaraan,
mereka akan berdoa:
"Supaya
kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu
telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengatakan:"Maha Suci Tuhan yang
telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami." (QS.
Az-Zukhruf, 43: 13-14)
Di ayat lain,
dikisahkan bahwa ketika orang-orang yang beriman memasuki kebun-kebun atau
taman-taman mereka, mereka mengingat Allah seraya berkata, "Atas
kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah" (QS. Al-Kahfi, 18: 39). Ini adalah sebuah isyarat bahwa setiap
saat ketika memasuki taman-taman mereka, muncul dalam benak mereka: Allah lah
yang menciptakan dan memelihara taman ini. Sebaliknya, seseorang yang tidak
berpikir mungkin takjub ketika pertama kali melihat sebuah taman yang indah,
tetapi kemudian taman tersebut menjadi sebuah tempat yang biasa-biasa saja
baginya. Kekagumannya atas keindahan tersebut telah sirna. Sebagian orang sama
sekali tidak menyadari nikmat tersebut dikarenakan tidak berpikir. Mereka
menganggap segala kenikmatan yang ada sebagai hal yang "biasa" atau "lumrah"
dan sebagai "sesuatu yang memang seharusnya sudah demikian". Inilah
yang menjadikan mereka tidak dapat merasakan kenikmatan dari keindahan taman
tersebut.
Kesimpulan: wajib atas manusia untuk menghilangkan segala
penyebab yang menghalangi mereka dari berpikir
Sebagaimana
telah dikatakan sebelumnya, fakta bahwa kebanyakan manusia tidak berpikir dan
hidup dalam keadaan lalai dari kebenaran tidak menjadi alasan bagi seseorang
untuk tidak berpikir. Setiap manusia mempunyai kebebasan terhadap dirinya
sendiri, dan ia akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri di hadapan Allah.
Mesti senantiasa diingat bahwa Allah menguji manusia dalam hidupnya di dunia.
Sikap orang-orang selain dirinya yang sering kali acuh, tidak mau berpikir,
bernalar ataupun memahami kebenaran adalah bagian dari ujian untuknya.
Seseorang yang berpikir dengan ikhlas tidak akan berkata,"Kebanyakan
manusia tidak berpikir, dan tidak menyadari akan hal ini, lalu mengapa saya
sendirian yang mesti berpikir?" Tetapi, ia akan menerima dan menjalani
ujian tersebut dengan memikirkan tentang kelalaian orang-orang terebut, dan
memohon perlindungan Allah agar tidak menjadikannya termasuk dalam golongan
mereka. Sudah jelas bahwa keadaan mereka bukanlah alasan baginya untuk tidak
berpikir. Dalam Al-Qur'an, Allah memberitakan di banyak ayat bahwa kebanyakan
manusia berada dalam kelalaian dan tidak beriman:
"Dan
sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat
menginginkannya." (QS. Yuusuf, 12: 103)
"Alif
laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur’an). Dan Kitab yang
diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan
manusia tidak beriman (kepadanya)." (QS. Ar-Ra’d, 13: 1)
"Mereka
bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah
tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan
(pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah,
akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui," (QS. An-Nahl, 16: 38)
"Dan
sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka
mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau
kecuali mengingkari (ni'mat)." (QS. Al-Furqaan, 25: 50)
Di lain ayat, Allah
menceritakan kesudahan dari mereka yang tersesat akibat mengikuti kebanyakan
manusia; dan tidak mematuhi perintah Allah akibat melalaikan tujuan penciptaan
mereka:
"Dan mereka
berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya
kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami
kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup
untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada
kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi
orang-orang yang dzalim seorang penolongpun." (QS. Faathir, 35:37)
Berdasarkan dalil di
atas, setiap manusia hendaknya membuang segala sesuatu yang mencegah mereka
dari berpikir untuk kemudian secara ikhlas dan jujur memikirkan dengan seksama
setiap ciptaan ataupun kejadian yang Allah ciptakan, serta mengambil pelajaran
dan peringatan dari apa yang ia pikirkan.
Dalam bab berikutnya,
kami akan menguraikan tentang berbagai hal yang dapat dipikirkan dan
direnungkan oleh manusia, yakni beberapa peristiwa dan ciptaan Allah yang dapat
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan kami adalah untuk memberikan
petunjuk tentang masalah ini kepada para pembaca agar mereka mampu menjalani
sisa hidupnya sebagai manusia yang "berpikir dan mengambil peringatan dari
apa yang mereka pikirkan".
HAL-HAL YANG HENDAKNYA DIPIKIRKAN
Sejak awal,
kami telah menekankan pentingnya berpikir, manfaat-manfaatnya bagi manusia dan
sarana yang membedakan manusia dari makhluk lain. Kami telah menyebutkan pula
sebab-sebab yang menghalangi manusia dari berpikir. Semua ini mempunyai tujuan
utama mendorong manusia untuk berpikir dan membantu mereka mengetahui tujuan
penciptaan dirinya; serta agar manusia mengagungkan ilmu dan kekuasaan Allah
yang tak terbatas.
Di
halaman-halaman berikutnya, kami akan mencoba menjelaskan bagaimana orang yang
beriman kepada Allah berpikir tentang segala sesuatu yang dijumpainya sepanjang
hari dan mendapatkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang ia saksikan;
bagaimana ia seharusnya bersyukur dan menjadi semakin dekat kepada Allah
setelah menyaksikan keindahan dan ilmu Allah di segala sesuatu.
Sudah pasti apa
yang disebutkan di sini hanya mencakup sebagian kecil dari kapasitas berpikir
seorang manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk setiap saat (dan bukan setiap
jam, menit atau detik, tapi satuan waktu yang lebih kecil dari itu, yakni
setiap saat) dalam hidupnya. Ruang lingkup berpikir manusia sedemikian luasnya
sehingga tidak mungkin untuk dibatasi. Oleh karena itu, uraian di bawah ini
bertujuan untuk sekedar membukakan pintu bagi mereka yang belum menggunakan
sarana berpikir mereka sebagaimana mestinya.
Perlu diingat bahwa
hanya mereka yang berpikir secara mendalam lah yang mampu memahami dan berada
pada posisi lebih baik dibandingkan makhluk lain. Mereka yang tidak dapat
melihat keajaiban dari peristiwa-peristiwa di sekitarnya dan tidak dapat
memanfaatkan akal mereka untuk bepikir adalah sebagaimana diceritakan dalam
firman Allah berikut:
"Dan
perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti
penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan
seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak
mengerti." (QS.
Al-Baqarah, 2: 171)
"… Mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS.
Al-A’raaf, 7: 179)
"Atau apakah kamu
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak
lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya
(dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqaan, 25: 44)
Hanya mereka yang mau
berpikir yang mampu melihat dan kemudian memahami tanda-tanda kebesaran Allah,
serta keajaiban dari obyek dan peristiwa-peristiwa yang Allah ciptakan. Mereka
mampu mengambil sebuah kesimpulan berharga dari setiap hal, besar ataupun
kecil, yang mereka saksikan di sekeliling mereka.
Ketika seseorang bangun
dari tidurnya di pagi hari…
Tidak diperlukan kondisi
khusus bagi seseorang untuk memulai berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja
bangun tidur di pagi hari pun terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat
mendorongnya berpikir.
Terpampang sebuah hari
yang panjang dihadapan seseorang yang baru saja bangun dari pembaringannya di
pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia
siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman
Allah:
"Dialah
yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan
Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47)
Setelah membasuh muka dan
mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan berada dalam kesadarannya secara
penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang berbagai
persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting untuk
dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan
pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus
memikirkan tentang hal yang lebih penting ini.
Pertama-tama,
bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah keajaiban yang luar biasa.
Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali sewaktu tidur, namun di
keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan kepribadiannya.
Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat. Padahal di saat
ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan kembali seperti
sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu.
Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan
kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah bencana
alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di daerah tempat
tinggalnya.
Ia mungkin saja
mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh, bisa saja ia bangun tidur
dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau kepalanya. Namun tak satupun
ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan selamat dan sehat. Memikirkan
yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang
dan penjagaan yang diberikan-Nya.
Memulai hari
yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa Allah kembali
memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat dipergunakannya untuk
mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat.
Ingat akan
semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan waktu di hari itu
dengan cara yang diridhai Allah. Sebelum segala sesuatu yang lain, seseorang
pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini.
Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah
agar memudahkannya dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah
tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman:
"Ya
Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19)
Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang
untuk berpikir?
Tubuh manusia
yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari tidur dapat mendorong manusia
untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar
akan hal ini, ia pun merenungkan tentang kelemahan-kelemahannya yang lain.
Keharusannya untuk mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat
mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya
menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang
kelemahan dirinya.
Bagi orang yang
telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin dapat memunculkan
beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia dua dekade dari masa
hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di wajahya. Di usia yang
ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan
di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya,
perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki
usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh.
Bagi orang yang
berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa yang paling nyata yang
menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan mencegahnya dari kecintaan dan
kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik
menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam
proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah
kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia sangat
terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan keburukan wajah mereka
semasa masih muda. Pada umumnya, manusia yang dahulunya berwajah tampan ataupun
cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di masa lalu berwajah tidak menarik
merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan
sifat sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga
dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas oleh Allah adalah
akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang kepada Allah.
Setiap saat
ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir bahwa satu-satunya Zat
Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala ketidaksempurnaan
adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap
kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini
adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak
terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang
yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan agar Allah
menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala kelemahan.
Segala
kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik untuk direnungkan:
tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam ternyata memiliki
bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak sedap muncul dari
orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan
membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil
pelajaran darinya.
Bagaimana beberapa karakteristik tubuh manusia membuat
anda berpikir?
Ketika melihat
diri sendiri di dalam cermin, seseorang berpikir tentang berbagai hal yang
sebelumnya tak pernah muncul dalam benaknya. Sebagai contoh: bulu mata, alis,
tulang belulang dan gigi-giginya tidak tumbuh memanjang terus menerus. Dengan
kata lain, di bagian tubuh dimana pertumbuhan anggota badan yang terus menerus
akan menjadi sesuatu yang menyusahkan dan menghalangi pandangannya, maka
anggota tubuh tersebut berhenti tumbuh. Sebaliknya, rambut yang kelihatan indah
jika tumbuh memanjang, tidak berhenti tumbuh. Disamping itu, ada keseimbangan
yang sempurna dalam pertumbuhan tulang-belulang. Misalnya tulang anggota bagian
atas tidak akan tumbuh memanjang begitu saja sehingga menyebabkan badan
kelihatan lebih pendek. Semua tulang ini berhenti pada saat tertentu
seakan-akan tiap-tiap tulang tersebut tahu seberapa panjang mereka harus
tumbuh.
Sudah barang
tentu, semua yang telah disebutkan di sini terjadi akibat dari reaksi-reaksi
fisika dan kimia yang terjadi dalam tubuh. Orang yang merenungkan hal ini akan
juga bertanya-tanya bagaimana reaksi-reaksi ini terjadi. Siapa yang memasukkan
hormon-hormon dan enzim-enzim yang bertanggung jawab atas pertumbuhan ke dalam
tubuh sesuai dengan dosis yang dibutuhkan? Dan siapakah yang mengontrol kadar
dan waktu sekresi dari hormon dan enzim tersebut?
Tidak dapat
dipungkiri bahwa mustahil untuk mengatakan bahwa ini semua terjadi secara
kebetulan. Tidaklah mungkin sel-sel atau atom-atom pembentuk manusia yang tidak
mempunyai kesadaran tersebut melakukan hal yang demikian dengan sendirinya. Ini
adalah bukti bahwa fenomena tersebut terjadi karena kekuasaan Allah yang
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Ketika
dalam perjalanan…
Setelah bangun
tidur dan bersiap-siap di pagi hari, orang-orang kemudian berangkat ke kantor,
sekolah atau melakukan pekerjaan mereka di luar rumah. Bagi orang yang beriman,
keberangkatan ini adalah awal dari melakukan amal kebaikan yang mendatangkan
ridha Allah. Ketika meninggalkan rumah dan bepergian ke luar, seseorang akan
menjumpai banyak hal yang dapat ia pikirkan, misalnya ribuan manusia,
kendaraan, pohon, besar dan kecil, dan beragam hal yang terdapat di banyak
tempat. Dalam hal ini, pandangan orang yang beriman sudah jelas, yakni bahwa ia
berusaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari yang ia jumpai di
sekelilingnya. Ia memikirkan tentang sebab-sebab dari peristiwa-peristiwa yang
ada. Karena apa yang sedang ia saksikan terjadi dengan pengetahuan dan kehendak
Allah, maka pasti ada sebuah makna di balik peristiwa atau pemandanga itu. Karena
Allah lah yang memampukannya untuk pergi ke luar rumah serta meletakkan semua
pemandangan ini di depan matanya, maka sudah pasti dari pemandangan-pemandangan
tersebut ada yang mesti dilihat dan dipikirkan. Sejak bangun tidur, ia
bersyukur kepada Allah yang telah memberinya umur satu hari lagi di dunia yang
dapat digunakannya sebagai modal untuk mendapatkan pahala dari Allah. Kini, ia
tengah memulai perjalanan yang dapat mendatangkan pahala baginya. Menyadari hal
ini, ia teringat akan firman Allah: "Dan Kami jadikan siang untuk
mencari penghidupan", (QS. An-Naba’, 78 :11). Berpedomankan ayat
tersebut, ia membuat rencana tentang bagaimana menghabiskan waktunya di siang
hari dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak hanya bermanfaat untuk
orang lain akan tetapi juga mendatangkan ridha Allah.
Ketika berada
dalam mobilnya atau di atas kendaraan apapun dengan pola pikir yang demikian,
ia pun kembali bersyukur kepada Allah. Tidak menjadi masalah, betapapun jauhnya
jarak perjalanan yang harus ia tempuh, ia masih memiliki sarana untuk pergi ke
sana. Untuk memudahkan manusia, Allah telah menciptakan beragam sarana
transportasi untuk membantu manusia dalam melakukan perjalanan. Bahkan kemajuan
teknologi saat sekarang telah menyediakan sarana transportasi baru berupa
mobil, kereta api, pesawat terbang, kapal laut, helikopter, bus…Ketika
merenungkan hal ini, seseorang akan kembali teringat: Allah lah yang telah
menciptakan teknologi untuk membantu manusia.
Setiap hari,
para ilmuwan membuat penemuan-penemuan dan inovasi-inovasi baru yang dapat
memudahkan hidup kita. Mereka menghasilkan ini semua melalui sarana yang
diciptakan Allah di bumi. Seseorang yang memikirkan tentang masalah tersebut
akan menikmati perjalanannya sambil bersyukur kepada Allah atas kemudahan yang
diberikan kepadanya.
Dalam
perjalanan menuju tempat tujuan, ia menyaksikan tumpukan sampah dengan bau yang
tak sedap, tempat-tempat kumuh di sepanjang jalan. Hal ini menimbulkan beragam
pikiran dalam benaknya:
Ketika masih
berada di dunia, Allah telah memberikan informasi kepada kita yang membantu
kita memperoleh gambaran tentang surga dan neraka; atau mengira-ngira keadaan
kedua tempat ini dengan menggunakan perbandingan. Tumpukan sampah, bau yang
tidak sedap dan daerah-daerah kumuh dapat menimbulkan stres atau tekanan dalam
jiwa seseorang. Tak seorangpun ingin tinggal di tempat tersebut. Keadaan ini
mengingatkan seseorang tentang neraka dan ayat-ayat yang mengisahkan neraka. Di
banyak ayat-ayat Al-Qur'an Allah telah menceritakan segala sesuatu yang tidak
menyenangkan, gelap serta menjijikkan tentang neraka:
Dan
golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
Dalam
(siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih, dan dalam naungan
asap yang hitam.
Tidak
sejuk dan tidak menyenangkan. (QS. Al-Waaqi’ah, 56:41-44)
"Dan apabila mereka
dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di
sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu
sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang
banyak" (QS. Al-Furqaan, 25:13-14)
Dengan memikirkan
ayat-ayat di atas, orang tersebut berdoa agar Allah menjauhkannya dari siksa
neraka dan mengampuni segala kesalahannya.
Sebaliknya, seseorang
yang tidak menggunakan cara berpikir yang demikian akan menghabiskan waktunya
dengan menggerutu, kesal dan selalu mencari kambing hitam dari setiap
permasalahan. Ia marah sekali kepada orang-orang yang menumpuk sampah tersebut
dan pihak pemerintahan daerah setempat yang terlambat untuk mengumpulkan dan membuangnya.
Sepanjang hari pikirannya disibukkan dengan hal-hal seperti: jalan raya yang
penuh dengan lubang; orang-orang yang menyebabkan lalu lintas macet; badannya
yang basah kuyup kehujanan akibat ulah badan meteorologi yang salah dalam
memperkirakan cuaca; cemoohan kasar dari bossnya, dan lain sebagainya. Namun,
pikiran yang sia-sia ini tidaklah bermanfaat dalam kehidupan akhiratnya nanti.
Seseorang mungkin berhenti sejenak kemudian berpikir apakah ia seharusnya
menghiraukan banyak hal. Sungguh, banyak orang mengatakan bahwa alasan utama
yang mencegah mereka dari berpikir adalah segala kesibukan yang mengharuskan
mereka bekerja keras terus-menerus di dunia. Mereka berdalih bahwa mereka tidak
mampu berpikir karena sibuk dengan masalah pangan, perumahan dan kesehatan. Akan
tetapi ini hanyalah sekedar alasan untuk mengelak. Tanggung jawab dan kondisi
tersebut tidak ada hubungannya dengan berpikir sebagaimana yang dikehendaki di
sini. Seseorang yang berusaha untuk berpikir dalam rangka mencari ridha Allah
akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Ia akan melihat bahwa, seiring dengan
bergantinya hari, beragam persoalan yang biasanya menjadi masalah baginya satu
demi satu terselesaikan; hingga ia dapat meluangkan waktu untuk berpikir dan
berpikir lagi. Hanya orang-orang yang beriman sajalah yang sadar, paham dan
mengalami hal yang demikian.
Bagaimana dunia yang berwarna-warni mendorong seseorang
berpikir?
Masih dalam
perjalanannya, ia terus berusaha melihat keajaiban dari ayat-ayat ataupun
ciptaan Allah di sekitarnya, dan memuji Allah ketika memikirkan ini semua.
Ketika melihat ke luar melalui jendela mobilnya, ia menyaksikan dunia yang
penuh dengan beragam warna. Lalu ia pun berpikir: "Bagaimana segala
sesuatu akan terlihat seandainya dunia ini tidak berwarna?"
Lihatlah gambar-gambar di
bawah dan anda pun mulai berpikir. Apakah kenikmatan yang kita rasakan dari
memandang laut, pegunungan atau bunga yang tidak berwarna sebanding dengan
sebagaimana yang anda lihat sekarang? Apakah pemandangan langit, buah, kupu-kupu,
pakaian dan wajah-wajah manusia sebagaimana yang terlihat oleh anda sekarang
memberikan kepuasan? Adalah nikmat dari Tuhan bahwa kita hidup di sebuah dunia
yang cerah ceria dan memiliki beragam warna. Setiap warna yang kita lihat di
alam, keseimbangan yang sempurna dari warna-warna makhluk hidup, semuanya
adalah tanda-tanda tentang karya cipta dan seni khas Allah yang tak
tertandingi. Beragam warna dari bunga atau burung; dan keharmonisan atau corak
yang anggun antara warna-warna yang ada; bahwa tak satupun warna di alam ini
yang mengganggu penglihatan kita; warna lautan, langit, pohon-pohon yang
demikian serasi sehingga menimbulkan kedamaian dan tidak melelahkan mata kita,
semua ini menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah. Dengan merenungkan beberapa fenomena
tersebut, seseorang akan paham bahwa setiap sesuatu yang ia lihat di
sekelilingnya adalah hasil dari ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas dan
absolut. Setelah sadar akan segala nikmat yang Allah anugerahkan ini, ia pun
menjadi hamba yang takut kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya agar
tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak bersyukur. Dalam
Al-Qur'an, Allah mengisahkan fenomena warna-warna, dan berfirman bahwa hanya
mereka yang memiliki pengetahuan, yakni mereka yang menyelami lebih jauh dengan
berpikir dan menarik kesimpulan serta pelajaran dari fenomena ini lah yang
memiliki rasa takut kepada Allah:
"Tidakkah kamu
melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan
hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung
itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang
melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS.
Faathir, 35: 27-28).
Bagaimana sebuah mobil jenazah yang melintas di jalan mendorong seseorang untuk berpikir?
Seseorang yang sedang
bergegas menuju ke suatu tempat secara tiba-tiba berpapasan dengan mobil
jenazah. Sungguh ini adalah kesempatan yang baik untuk berhenti sejenak dan
menenangkan diri. Pemandangan yang ia temui mengingatkannya akan kematian.
Suatu hari ia juga akan berada di mobil jenazah itu. Tiada keraguan tentang
terhadapnya, tak peduli seberapa besar usaha untuk menghindarinya, cepat atau
lambat kematian pasti akan datang menghampirinya. Tak peduli apakah ia sedang
berada di tempat tidurnya, ketika dalam perjalanan, atau ketika berlibur, ia
pasti akan meninggalkan dunia ini. Kematian adalah kenyataan yang tidak dapat
dihindari.
Di saat yang
demikian, seorang mukmin teringat akan ayat Allah berikut:
"Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang
saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi
di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di
dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu)
yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya." (QS. Al-Ankabuut, 29:
57-59).
Keyakinan
seseorang bahwa jasadnya akan juga dimasukkan dalam peti mati, ditimbun tanah
oleh kerabatnya, namanya akan diukir diatas kuburan, akan menghilangkan
kecintaannya kepada dunia. Seseorang yang dengan ikhlas dan secara sadar
berpikir tentang hal ini paham bahwa tidaklah masuk akal untuk mengklaim kepemilikan
tubuh yang suatu hari akan membusuk di dalam tanah.
Dalam ayat di
atas, Allah memberikan kabar gembira berupa surga setelah kematian kepada
mereka yang sabar dan bertawakal kepada Allah. Oleh karenanya, dengan berpikir
bahwa suatu hari ia akan mati, seorang mukmin akan berusaha menjalani hidup
dengan akhlaq yang baik sebagaimana yang diperintahkan Allah untuk meraih
surga. Setiap saat ia teringat akan dekatnya kematian, tekadnya untuk
mendapatkan surga semakin menguat dan mendorongnya untuk senantiasa berusaha
bertingkah laku sesuai dengan akhlaqnya yang semakin lama semakin baik.
Sebaliknya,
orang-orang yang condong memikirkan hal-hal yang lain, dan menghabiskan hidup
dengan angan-angan kosong, tidak berpikir bahwa suatu hari hal yang sama pasti
akan menimpa mereka meskipun mereka berpapasan dengan mobil jenazah, setiap
hari melewati kuburan atau bahkan salah satu orang yang paling dicintai
meninggal dunia di samping mereka sendiri.
Di
siang hari…
Ketika
menyaksikan segala peristiwa yang ditemuinya sepanjang hari, orang beriman
selalu berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah dan berusaha untuk memahami
makna-makna yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Ia menanggapi
setiap kebaikan ataupun malapetaka sebagai sesuatu yang memiliki kebaikan
sebagaimana dikehendaki Allah. Di mana saja ia berada, di sekolah, di tempat
kerja ataupun di pasar, dan dengan berprasangka dan berpikir bahwa Allahlah
yang menciptakan setiap sesuatu, ia selalu berusaha memahami
keindahan-keindahan dan makna tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa yang
diciptakan-Nya untuk kemudian menjalani hidup dengan mematuhi ayat-ayat Allah.
Sikap orang mukmin ini digambarkan dalam Al-Qur'an:
"Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan
balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah
memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas."
(QS. An-Nuur, 24: 37-38)
Bagaimana orang berpikir ketika menghadapi kesulitan-kesulitan yang ditemuinya dalam pekerjaan?
Manusia mungkin
menghadapi berbagai macam kesulitan selama satu hari penuh. Namun apapun
kesulitan tersebut, hendaklah ia berkeyakinan kepada Allah dan berpikir bahwa
"Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita kerjakan dan pikirkan dalam
hidup di dunia. Ini adalah kenyataan yang sangat penting yang seharusnya tidak
pernah kita lupakan sekejap pun. Oleh karenanya, ketika menemui kesulitan dalam
setiap hal yang kita lakukan atau pikirkan, sehingga tidak berjalan sebagaimana
mestinya, kita hendaknya selalu ingat bahwa semua kesulitan ini telah
dihadapkan oleh Allah kepada kita untuk menguji perbuatan kita."
Pikiran-pikiran
yang muncul dalam benak seseorang ini berlaku untuk semua peristiwa, besar atau
kecil, yang ia jumpai sepanjang hari. Sebagai contoh, seseorang membayar lebih
tanpa sengaja akibat salah pengertian atau kecerobohan; sebuah file yang telah
diselesaikan dalam waktu berjam-jam dengan menggunakan komputer dapat hilang
begitu saja akibat terputusnya aliran listrik; seorang pelajar gagal dalam
ujian universitas meskipun ia telah belajar secara sungguh-sungguh; seseorang
terpaksa menghabiskan harinya menunggu dalam antrian untuk mendapatkan
pekerjaan akibat birokrasi yang terlalu rumit; dokumen yang hilang dapat
menjadi masalah yang menyebabkan pekerjaan seseorang tidak karuan; seseorang
ketinggalan pesawat, atau bus ketika hendak pergi ke suatu tujuan yang mesti
dihadirinya seawal mungkin…Ada banyak sekali peristiwa-peristiwa yang dialami
seseorang dalam hidup yang dianggapnya merupakan sebuah kesulitan atau
"masalah".
Ketika
mengalami semua peristiwa tersebut, orang yang beriman akan berpikir dan ingat
bahwa Allah menguji perilaku dan kesabarannya; sehingga tidaklah masuk akal
bagi orang yang yakin bahwa ia akan mati dan mempertanggung jawabkan
perbuatannya di akhirat terpengaruh dengan hal-hal serupa dan menghabiskan
waktunya dengan perasaan takut dan khawatir akan hal tersebut. Ia paham bahwa
ada sebuah kebaikan di balik semua peristiwa ini. Ia tak pernah mengatakan
"Aduh" terhadap kejadian apapun. Ia berdoa kepada Allah untuk
memudahkan pekerjaan-pekerjaannya dan menjadikan segala sesuatunya sebagai
kebaikan.
Ketika kesulitan tersebut
telah berlalu dengan datangnya kemudahan, ia berpikir bahwa ini adalah jawaban
dari doanya kepada Allah, Allah mendengarkan dan, kemudian, mengabulkan
doa-doanya. Pada akhirnya ia pun bersyukur kepada Allah.
Ketika menjalani hari
dengan prinsip berpikir seperti ini, maka seseorang tak akan pernah putus
harapan, merasa khawatir, menyesal ataupun menderita terhadap apapun yang
dialaminya. Ia tahu bahwa Allah telah menciptakan semua ini untuk sebuah
kebaikan dan keberkahan. Tidak hanya itu, ia berpikir yang demikian tidak hanya
ketika terjadi peristiwa-peristiwa besar yang menimpanya, namun juga di semua
hal yang rumit, besar ataupun kecil, yang ia jumpai dalam kehidupan
sehari-hari.
Coba pikirkan, ada orang
yang tidak mendapati urusannya yang penting terselesaikan sebagaimana yang ia
kehendaki. Ataupun orang yang ketika hampir saja meraih tujuan, dihadapkan pada
sebuah masalah yang serius. Orang ini mendadak menjadi sangat kecewa, merasa khawatir
dan tertekan. Pendek kata, dirinya dipenuhi dengan pikiran-pikiran buruk.
Sebaliknya, seseorang yag berpikir bahwa ada sesuatu kebaikan pada semua hal,
akan berusaha menemukan makna-makna tersembunyi yang Allah tunjukkan padanya
melalui peristiwa tersebut. Ia berpikir bahwa mungkin Allah telah melakukan ini
semua untuk memberinya peringatan agar lebih berhati-hati dan serius dalam
menangani masalah. Dengan demikian, ia pun kembali melakukan
persiapan-persiapan yang lebih matang, serta bersyukur kepada Allah sambil
mengatakan "mungkin ini membantu mencegah timbulnya malapetaka yang lebih
besar lagi".
Seseorang yang
ketinggalan bus ketika hendak menuju suatu tempat, berpikir: "mungkin
keterlambatan dan ketertinggalan saya dari bus tersebut telah menyelamatkan
saya dari kecelakaan atau bahaya yang lain". Ia berpikir lagi:
"mungkin masih banyak lagi hikmah-hikmah tersembunyi yang serupa".
Banyak sekali contoh-contoh semisal yang dapat ditemukan dalam kehidupan
manusia. Yang paling penting adalah rencana-rencana seseorang tidak harus
selalu terlaksana sesuai dengan yang ia kehendaki. Secara mendadak ia mungkin
mendapati dirinya berada dalam situasi yang sangat berbeda dari apa yang ia
rencanakan. Dalam kondisi yang demikian, seseorang yang berkepribadian dan
berperilaku secara tenang serta senantiasa mencari kebaikan dari sebuah
peristiwa akan memperoleh keberuntungan. Hal ini dikarenakan Allah berfirman
dalam ayat-Nya:
"Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 2: 216)
Sebagaimana firman Allah
di atas, kita tidak mengetahui tetapi Allah mengetahui. Karena itu, hanya
Allahlah yang mengetahui apa yang baik dan yang tidak baik untuk kita. Segala
yang menimpa manusia hanyalah agar manusia mengambil Allah Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang sebagai tempat mengadu dan meminta pertolongan, serta
menyerahkan diri kepada Allah sepenuhnya.
Hal-hal yang terpikirkan ketika sedang mengerjakan sesuatu…
Manakala sedang
mengerjakan sesuatu, seharusnya seseorang tidak membiarkan akalnya kosong, akan
tetapi senantiasa memikirkan segala sesuatu yang baik. Otak manusia memiliki
kemampuan untuk berpikir lebih dari satu hal pada saat yang bersamaan. Seseorang
yang sedang mengendarai mobil, membersihkan rumah, bekerja mencari nafkah,
berjalan di jalan raya, pada saat yang sama dapat berpikir hal-hal yang baik.
Ketika
membersihkan rumah, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya sarana
seperti air dan detergen. Sadar bahwa Allah menyukai kebersihan dan orang yang
membersihkan diri, ia memandang pekerjaan yang sedang ia lakukan sebagai bentuk
ibadah sehingga dengan melakukan hal tersebut ia mengharapkan ridha Allah. Di
samping itu, ia merasa bahagia karena telah mempersiapkan tempat yang nyaman
untuk orang lain dengan membersihkan tempat tinggalnya.
Seseorang yang
tengah mengerjakan sesuatu, terus-menerus berdoa kepada Allah dan memohon agar
dimudahkan dalam pekerjaannya karena yakin bahwa ia tidak dapat melakukan suatu
pekerjaan dengan baik tanpa pertolongan Allah. Kita mengetahui di dalam
Al-Qur'an bahwa para Nabi memberikan contoh kepada kita dengan terus menerus
menghadapkan diri mereka kepada Allah dalam kesendirian, dan selalu mengingat
Allah ketika mengerjakan sesuatu. Diantara contoh ini adalah Nabi Musa. Beliau menolong dua
orang wanita yang ditemuinya dalam perjalanan. Setelah membantu memberikan
minum untuk binatang gembalaan mereka, beliau berdoa kepada Allah:
"Dan
tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan
orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang
banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa
berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" Kedua wanita itu
menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah
orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum ternak itu
untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu
berdo’a: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan
yang Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al-Qashas, 28: 23-24)
Contoh lain yang kita
temui dalam Al-Qur'an yang berkenaan dengan masalah ini adalah Nabi Ibrahim dan
Nabi Isma’il. Allah menceritakan bahwa kedua Nabi ini memikirkan kemaslahatan
orang-orang mukmin yang lain pada saat keduanya sedang melaksanakan suatu
pekerjaan. Mereka berdoa kepada-Nya sehubungan dengan pekerjaan yang sedang
mereka lakukan:
"Dan (ingatlah),
ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail
(seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan
kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan
mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (QS.
Al-Baqarah, 2: 127-129)
Bagaimana sarang laba-laba mendorong seseorang
untuk berpikir?
Banyak hal yang
dapat dipikirkan oleh seseorang yang menghabiskan harinya dalam rumah. Ketika
sedang membersihkan rumah, ia menjumpai seekor laba-laba yang merajut sarangnya
di sebuah sudut rumah tersebut. Jika ia menyadari keharusan untuk memikirkan
binatang yang seringkali tidak dihiraukan orang ini, ia akan mengerti bahwa pintu
pengetahuan telah dibuka untuknya. Serangga kecil yang sedang disaksikannya
adalah sebuah keajaiban. Sarang
laba-laba tersebut memiliki bentuk simetri yang sempurna. Ia pun kagum terhadap
seekor laba-laba yang mungil tetapi memiliki kemampuan dalam membuat sebuah
disain sempurna yang sedemikian menakjubkan. Setelah itu ia membuat sebuah
pengamatan singkat hingga mendapatkan beberapa fakta lain: serat yang digunakan
laba-laba ternyata 30% lebih fleksibel dari serat karet dengan ketebalan yang
sama. Serat yang diproduksi oleh laba-laba ini memiliki mutu yang demikian
tinggi sehingga ditiru oleh manusia dalam pembuatan jaket anti peluru. Sungguh
luar biasa, sarang laba-laba yang dianggap sederhana oleh kebanyakan manusia,
ternyata terbuat dari bahan yang mutunya setara dengan bahan industri paling
ideal di dunia.
Ketika menyaksikan disain
yang sempurna pada makhluk hidup di sekitarnya, manusia terus menerus berpikir
hingga kemudian mendorongnya untuk menemukan lebih banyak fakta-fakta yang
menakjubkan. Ketika mengamati sebuah lalat yang setiap saat dijumpainya namun
belum pernah diperhatikannya atau bahkan merasa sangat terganggu dan ingin
sekali membunuhnya, ia melihat bahwa serangga tersebut memiliki kebiasaan
membersihkan diri sampai bagian-bagian yang terkecil dari tubuhnya sekalipun.
Lalat tersebut seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan dan
kakinya secara terpisah. Setelah itu lalat ini membersihkan debu yang menempel
pada sayap dan kepalanya dengan menggunakan tangan dan kakinya secara
menyeluruh. Lalat ini terus saja melakukan yang demikian sampai yakin akan
kebersihannya. Semua lalat dan serangga membersihkan tubuh mereka dengan cara
yang sama: dengan penuh perhatian dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil
sekalipun. Ini menunjukkan adanya satu-satunya Pencipta yang mengajarkan kepada
mereka cara membersihkan diri mereka sendiri.
Ketika terbang,
lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap detik. Padahal tak
satupun mesin buatan manusia yang mampu memiliki kecepatan yang luar biasa ini.
Kalaulah ada, mesin itu akan hancur dan terbakar akibat gaya gesek. Namun
sayap, otot ataupun persendian lalat ini tidak mengalami kerusakan. Lalat dapat
terbang ke arahmanapun tanpa terpengaruh oleh arah dan kecepatan angin. Dengan
teknologi yang paling mutakhir sekalipun, manusia masih belum mampu membuat
mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang luar biasa sebagaimana
lalat. Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu
mendapat perhatian manusia, dapat melakukan pekerjaan yang tak mampu dilakukan
manusia. Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin mengklaim bahwa seekor lalat
melakukan ini semua semata-mata karena kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki.
Semua karakteristik istimewa dari lalat adalah kemampuan yang Allah berikan
kepadanya
Segala sesuatu
yang terlihat sepintas oleh manusia ternyata didalamnya terdapat kehidupan,
baik yang terlihat ataupun tidak. Tak satu sentimeter persegi pun di bumi ini
yang di dalamnya tidak terkandung kehidupan. Manusia, tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan adalah makhluk yang mampu dilihat oleh manusia. Namun, masih ada
makhluk-makhluk lain yang tidak terlihat oleh manusia akan tetapi manusia sadar
akan keberadaannya. Misalnya rumah yang ia diami yang penuh dengan
makhluk-makhluk mikroskopis yang disebut "tungau". Demikian pula
halnya dengan udara yang ia hirup, di dalamnya mengandung virus yang tak
terhingga banyaknya, atau tanah kebunnya yang mengandung bakteri yang sangat
banyak.
Seseorang yang
merenung tentang keanekaragaman yang luar biasa dari kehidupan di bumi, akan
mengetahui kesempurnaan makhluk-makhluk ini. Tiap makhluk yang ia lihat adalah
tanda-tanda keagungan karya seni ciptaan Allah, demikian pula halnya dengan
keajaiban luar biasa yang tersembunyi dalam makhluk-makhluk mikroskopis
tersebut. Virus, bakteri ataupun tungau yang tidak terlihat oleh mata telanjang
memiliki mekanisme tubuh yang unik. Habitat, cara makan, sistim reproduksi dan
pertahanan mereka semuanya diciptakan oleh Allah. Seseorang yang memikirkan
secara mendalam tentang fenomena ini teringat ayat Allah:
"Dan
berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri.
Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui." (QS. Al-Ankabuut, 29: 60)
Bagaimana penyakit mendorong seseorang untuk
berpikir?
Manusia adalah makhluk
yang memiliki banyak kelemahan dan harus selalu terus-menerus berusaha untuk
mengatasi kelemahan tersebut. Adanya penyakit yang diderita manusia adalah
gambaran paling jelas tentang kelemahan tersebut. Oleh karenanya, ketika
seseorang atau sahabatnya jatuh sakit, ia hendaknya berpikir tentang makna yang
terkandung dari musibah ini. Ketika sedang berpikir, ia memahami bahwa flu yang
dianggap sebagai penyakit yang biasa pun memiliki pelajaran-pelajaran yang
darinya manusia dapat mengambil hikmah ataupun peringatan. Ketika terjangkiti
penyakit tersebut, ia memikirkan hal-hal seperti: pertama, penyebab utama flu
adalah virus yang teramat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Akan
tetapi, makhluk yang kecil ini sudah cukup untuk membuat manusia yang bobotnya
60-70 kg menjadi kehilangan kekuatan, membuatnya sedemikian lemah sehingga tak
mampu berjalan ataupun berbicara sekalipun. Seringkali obat atau makanan yang
ia makan tidak membantu meringankan penderitaannya. Satu-satunya yang dapat ia
lakukan adalah beristirahat dan menunggu. Dalam tubuhnya, berlangsung sebuah
peperangan yang ia tak pernah mampu untuk campur tangan, dengan kata lain ia
dibuat lumpuh tak berdaya melawan organisme yang sangat kecil. Dalam keadaan
yang demikian, ia hendaknya mengingat ayat Allah:
"(Yaitu Tuhan) Yang
telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia
memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang
menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".
(Ibrahim berdo'a):
"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam
golongan orang-orang yang saleh". (QS. Asy-Syu‘araa, 26: 78-83)
Seseorang yang
terjangkiti penyakit apapun hendaknya membandingkan sikapnya ketika sehat dan
setelah pulih dari sakit, kemudian berpikir tentang hal tersebut. Seharusnya ia
menyadari keadaanya yang lemah ketika sakit, perasaan ketergantungan kepada
Allah yang sangat. Hal ini tercermin, misalnya, dalam keikhlasan dan
kekhusu’annya ketika berdoa kepada Allah menjelang dioperasi.
Sebaliknya, ketika
mengetahui orang lain sedang menderita sakit, ia hendaknya segera bersyukur
kepada Allah sambil berpikir tentang keadaannya yang sehat. Manakala melihat
orang yang cacat kaki, misalnya, orang beriman memikirkan bahwa kakinya adalah
nikmat yang sangat besar dan penting bagi dirinya. Ia memahami bahwa
kemampuannya untuk berjalan atau berlari ke manapun serta melakukan segala
sesuatu tanpa bantuan orang lain sejak bangun tidur di pagi hari adalah nikmat
dari Allah. Dengan membuat perbandingan seperti ini, ia akan lebih memahami
besarnya nikmat yang telah didapatkannya.
Bagaimana seseorang berpikir ketika bertemu dengan orang yang arogan, tidak sopan, suka menyinggung perasaan
orang lain dan berperangai buruk?
Ketika berada
di kantor atau sekolah sepanjang hari, seseorang akan bertemu dengan berbagai
tipe manusia. Sebagian dari mereka mungkin tidak berakhlaq baik dan tidak takut
kepada Allah. Seorang mukmin yang bertemu dengan orang-orang ini tidak akan
terpengaruh oleh keadaan mereka, sebaliknya tetap istiqomah dengan akhlaq
luhurnya sebagaimana yang diajarkan Allah. Ia memahami bahwa penyebab perilaku
buruk mereka adalah ketiadaan rasa takut kepada Allah serta ingkar kepada hari
akhir. Gambaran berikut ini lalu muncul dalam benaknya: Allah telah
memperingatkan tentang siksa neraka dan memerintahkan manusia agar memikirkan
adzabnya yang kekal, sehingga manusia mau memperbaiki perilaku mereka dalam
kehidupan dunia, kembali kepada Allah dengan merendahkan diri dan melaksanakan
ajaran agama secara ikhlas. Seandainya seseorang menyadari bahwa ia sedang
berhadapan dengan ancaman yang sedemikian berat dan serius, ia pasti akan
melakukan segala sesuatu agar dapat meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Sebaliknya mereka yang tidak memikirkannya, sehingga tidak memahami betapa
seriusnya ancaman tersebut, akan berperilaku seolah-olah tempat yang penuh
dengan bara dan siksaan yang dipersiapkan untuk mereka itu tidak lah ada.
Sadar akan
kenyataan ini, beberapa hal penting lain terlintas dalam pikirannya: ketika
dikumpulkan di tepi jurang neraka, perilaku orang-orang yang berperangai buruk
tersebut akan berbeda sama sekali dengan perilaku mereka ketika di dunia. Orang
yang ketika masih hidup di dunia berperangai buruk, tidak malu untuk bertindak
yang semena-mena dan arogan akan memiliki ekspresi muka, sikap dan cara
berbicara yang tidak seperti biasanya pada hari penghisaban, yakni ketika ia
diseret ke depan jurang neraka dan terus menerus disiksa.
Atau jika orang
yang agresif, kasar dan seringkali melakukan tindak kejahatan dan tidak
memiliki rasa kemanusiaan dibawa ke tepi jurang neraka, ia akan merasakan
penyesalan yang abadi ketika melihat adzab neraka.
Seseorang
selalu mengemukakan berbagai macam alasan untuk tidak menjalankan agama dan
tidak melaksanakan ibadah dalam hidupnya di dunia. Namun ia tidak akan dapat
mengatakan alasan-alasan tersebut ketika diperintah melaksanakan sholat pada
saat sedang menanti di depan gerbang neraka.
Orang yang takut
kepada Allah tidak pernah melupakan kenyataan ini. Karena senantiasa memikirkan
siksa neraka, ia mengetahui mana perilaku, kata-kata yang benar serta akhlaq
yang baik. Dengan keyakinan yang kuat dan senantiasa mengingat keberadaan
neraka, ia selalu berbuat seolah-olah ia berada sangat dekat dengan neraka, dan
memikirkan bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang
ia kerjakan.
Allah menyeru
manusia untuk memikirkan neraka dan hari penghisaban:
"Pada
hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya),
begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara
ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap
diri (siksa)-Nya. Dan
Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya". (QS.
Aali ‘Imraan, 3: 30)
Ketika sedang makan…
"Allah
lah yang menjadikan bumi bagi kamu sebagai tempat menetap dan langit sebagai
atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki
dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha
Agung Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Ghaafir, 40:64)
Allah telah
menyediakan untuk manusia berbagai jenis makanan dan minuman yang baik, bersih
dan lezat di dunia. Sudah barang tentu, semua ini adalah bentuk kasih sayang
Allah yang tak terhingga terhadap manusia. Meskipun manusia mampu bertahan
hidup hanya dengan satu jenis makanan dan minuman, akan tetapi Allah telah
menganugerahkan kepada mereka kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya dengan
menciptakan beragam makanan: buah-buahan, sayur-sayuran dan berbagai macam
jenis daging…
Mengetahui
bahwa segala kebaikan berasal dari Allah, orang yang beriman akan memikirkan
semua ini dan bersyukur kepada Allah setiap saat ketika duduk di depan meja
makan dan bersiap-siap menikmati hidangan.
Bagaimana buah-buahan yang disajikan mendorong seseorang
untuk berpikir?
Dalam banyak
ayat Al-Qur'an, disebutkan bahwa Allah telah memberi nikmat kepada manusia
dengan beraneka ragam buah-buahan yang disajikan kepada seseorang ketika sedang
makan. Di atas meja makan dihidangkan berbagai macam sayur-sayuran yang
sebelumnya tumbuh di atas tanah; dan makanan yang dihasilkan dari hewan. Sesuai
fitrahnya, manusia diciptakan untuk menikmati makanan-makanan ini. Selain
memiliki kelezatan yang berbeda-beda, pada saat yang bersamaan makanan tersebut
juga diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Marilah kita berpikir: apa
yang terjadi seandainya makanan-makanan yang penting untuk kehidupan manusia
ini tidak memiliki rasa, atau mempunyai rasa yang tidak sedap? Atau jika
makanan-makanan ini berbahaya bagi tubuh kita kendatipun rasanya enak….Atau
seandainya terdapat hanya beberapa jenis makanan yang dapat kita makan untuk
kelangsungan hidup? Yang menyebabkan makanan dan minuman yang dihidangkan di
hadapan anda tidak berasa hambar adalah karena kebaikan dan kasih sayang Allah
kepada anda. Bahkan jika seseorang berpikir tentang buah-buahan saja, ia akan
mengetahui dan mengakui kebaikan Allah kepadanya.
Ketika melihat
beragam jenis buah-buahan di atas meja makan di hadapannya, seseorang yang
mempunyai nalar akan berpikir: tanaman yang tumbuh dari tanah atau lumpur hitam
akan tetapi menghasilkan buah-buahan dengan beragam warna dan aroma, serta
daging buah yang bersih dengan rasa yang sangat enak, adalah nikmat yang sangat
besar yang Allah berikan kepada manusia.
Pisang,
tangerine, jeruk, melon, semangka serta semua buah-buahan yang diciptakan
beserta kulit pembungkus daging buah, memiliki kulit yang mampu melindungi
buah-buahan dari kebusukan dan kerusakan. Kulit pembungkus ini juga berfungsi
memelihara aroma buah. Segera setelah kulit ini dikupas dan dibuang, daging
buah tersebut perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan rusak.
Ketika diamati
satu persatu, buah-buahan tersebut kelihatan memiliki banyak keunikan.
Tangerine dan jeruk, misalnya, diciptakan dalam keadaan telah bersekat-sekat.
Seandainya jeruk dan tangerine memiliki bentuk yang utuh tanpa sekat, seseorang
akan merasa sulit untuk memakan buah-buahan yang banyak mengandung air ini. Namun
Allah telah menciptakannya dalam keadaan tersekat-sekat sebagai kemudahan dan
nikmat tambahan untuk manusia. Tidak perlu disanksikan lagi, disain yang sangat
indah, tanpa cacat, dan demikian sempurna sehingga pas dengan kebutuhan adalah
satu diantara karakteristik ciptaan Allah Yang Maha Mengetahui.
Contoh lain
adalah strawberi, buah dengan bentuk dan rasa yang sangat khusus. Bentuk dan
rupa permukaannya kelihatan seakan-akan buah strawberi sengaja dibentuk dengan
sangat hati-hati. Warna merah segar yang dihiasi dengan dedaunan hijau ini
hanyalah bagian yang amat kecil dari daya cipta Allah yang tak tertandingi.
Manisnya bau dan rasa, ketiadaan akan biji serta kulit pembungkus buah sehingga
mudah untuk dimakan, mengingatkan orang akan buah-buahan surga. Buah, yang
tanamannya tumbuh di atas tanah dan memiliki warna yang sedemikian indah dan
menawan, menunjukkan kepada kita tentang Tuhan kita yang telah menciptakan buah
tersebut tanpa ada bandingannya. Dia lah yang telah mewujudkan Seni,
Kebijaksanaan serta Ilmu-Nya pada segala sesuatu yang Dia ciptakan.
Keberadaan
buah-buahan yang beraneka ragam di setiap musim yang berbeda adalah hal lain
yang patut untuk direnungkan. Adalah sebuah nikmat dan kebaikan dari Allah
kepada manusia bahwa, sebagai contoh, ketika musim dingin dimana manusia
membutuhkan vitamin dalam jumlah besar, tersedia buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C seperti tangerine, jeruk dan grapefruit. Sebaliknya di
musim panas, buah-buahan semisal ceri, melon, semangka dan persik yang melegakan
dahaga begitu berlimpah.
Ketika kita
memandang pohon dengan buah-buahnya yang bergelantungan di dahan atau ketika
tanaman tersebut sedang ditanam terdapat sebuah kenikmatan tersendiri yang
Allah berikan. Pemandangan ratusan buah-buahan di atas batang pohon yang kering
dan menempel kuat pada dahannya, yang di dalamnya mengandung air dan sebagian
diantaranya terlihat seakan-akan permukaan luar kulit buah tersebut terpoles
hingga mengkilat, adalah bukti bahwa setiap buah-buahan tersebut telah
diciptakan oleh Allah. Sebagai contoh, buah anggur terlihat seolah-olah telah
di letakkan pada ranting-ranting tanaman anggur satu demi satu. Allah telah
menciptakan buah-buahan tersebut penuh keunikan keunikan tanpa ada duanya.
Ketika masih berada di dahan tanaman, anggur dibentuk dan ditampilkan
sedemikian rupa agar menarik manusia. Dengan alasan ini, ketika menggambarkan
surga dalam Al-Qur'an: "Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di
atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya." (QS.
Al-Insaan, 76:14), Allah menyatakan bahwa buah-buahan di surga mudah
dipetik.
Sudah pasti
bahwa yang disebutkan disini hanyalah contoh-contoh yang jumlahnya terbatas.
Segala nikmat yang Allah ciptakan terlalu banyak untuk dapat dihitung. Orang
yang menyadari akan hal tersebut ketika berada di meja makan akan teringat ayat
Allah yang lain:
"Maka
apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan
(apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan jika kamu
menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
An-Nahl, 16: 17-18)
Bagaimana rasa dan bau mendorong seseorang berpikir?
Dengan
senantiasa berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas, manusia akan lebih
menyadari tentang keindahan dan ketelitian dalam ciptaan Allah. Ketika merenung
tentang semua ini, orang yang sadar akan berpikir bahwa kebahagiaan yang mucul
ketika sedang merasakan nikmat-nikmat yang Allah berikan adalah sebuah kebaikan
yang besar. Ia ingat bahwa indra pengecap dan penciuman telah menolong kita
merasakan berbagai keindahan di dunia. Tanpa memiliki indra penciuman, kita
tidak akan mampu menikmati keharuman sekuntum bunga mawar, buah-buahan yang
kita makan atau daging panggang sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Tanpa
indra pengecap, kita tidak dapat merasakan rasa coklat yang khas, permen,
daging, strawberi dan rasa lezat yang lain.
Hendaknya tidak
dilupakan bahwa mungkin saja kita hidup di dunia yang tidak memiliki warna,
rasa dan aroma. Dan jika Allah tidak memberikan segala kenikmatan ini, kita
tidak akan mendapatkannya dengan cara apapun. Namun Allah telah memberikan
nikmat yang tak berhingga kepada manusia dengan menciptakan rasa dan bau juga
sistim indera untuk merasakannya.
Ketika
berjalan-jalan di taman….
Bagaimana
keindahan alam mendorong seseorang berpikir?
Ketika melihat
keindahan-keindahan di alam seseorang yang beriman kepada Allah memuji Allah
dengan mengagungkan-Nya. Ia sadar bahwa Allah telah menciptakan segala
keindahan yang ada. Ia tahu bahwa segala keindahan ini adalah kepunyaan Allah
dan merupakan perwujudan dari sifat-Nya Yang Maha Indah (Al-Jamaal).
Ketika
berjalan-jalan mengelilingi alam sekitar, seseorang merasakan
keindahan-keindahan yang lebih terasa dari sebelumnya. Dari sebatang rumput
hingga setangkai bunga daisy kuning, dari burung hingga semut, segala
sesuatunya penuh dengan kerumitan yang memerlukan perenungan. Ketika
merenungkan yang demikian, manusia akan memahami kekuasaan dan kebesaran Allah.
Kupu-kupu,
misalnya, adalah makhluk yang sangat indah dan elok untuk dilihat. Kupu-kupu,
yang memiliki sayap dengan simetri dan disain semacam renda yang demikian
teliti sehingga terlihat seolah-olah dilukis dengan tangan, dengan warna yang
harmoni dan dipenuhi fosfor sehingga berpendar, adalah bukti daya seni yang tak
tertandingi dari ciptaan Allah.
Banyaknya jenis
tanaman dan pohon yang tak terhitung di muka bumi merupakan bagian dari
keindahan ciptaan Allah. Bunga-bunga dengan warna yang beraneka-ragam dan
berbagai bentuk pepohonan telah diciptakan sedemikian rupa sehingga memberikan
kenyamanan bagi manusia.
Seseorang yang
memiliki keimanan akan berpikir bagaimana bunga seperti mawar, violet, daisy,
hyacinth, anyelir, anggrek dan bunga-bunga lainnya memiliki permukaan yang
sedemikian mulus, bagaimana mereka muncul dari biji-biji mereka dalam keadaan
yang halus sama sekali tanpa ada lipatan-lipatan, bagaikan telah disetrika.
Satu lagi
keajaiban ciptaan Allah adalah aroma sedap yang menakjubkan dari bunga-bunga
ini. Mawar, misalnya, memiliki wangi yang tidak pernah berubah yang selalu
dikeluarkannya. Bahkan dengan teknologi paling maju sekalipun, bau yang
menyamai mawar tidak dapat dibuat. Penelitian di laboratorium-laboratorium
untuk menyerupai bau ini belum mendatangkan hasil yang memuaskan. Aroma parfum
yang diproduksi dengan meniru bau mawar pada umumnya memiliki bau harum yang
sedemikian kuat sehingga mengganggu orang. Tetapi bau asli dari bunga mawar tidak
menimbulkan gangguan apapun bagi manusia.
Orang yang
beriman sadar bahwa segala sesuatu ini diciptakan Allah agar ia memuji-Nya,
untuk menunjukkan kepadanya karya seni dan ilmu Allah dari keindahan-keindahan
yang ia ciptakan. Sadar akan hal ini, seseorang yang menyaksikan keindahan
kebun ketika sedang berjalan-jalan akan mengagungkan Allah seraya mengatakan, "Maa
syaa Allahu, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini
terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)" (QS. Al-Kahfi,
18: 39). Ia ingat bahwa Allah telah memberikan segala keindahan ini untuk
kepentingan manusia dan Dia akan memberikan kenikmatan-kenikmatan luar biasa
kepada orang-orang mukmin yang tidak ada bandingannya di akhirat; sehingga
kecintaannya kepada Allah semakin bertambah.
Sudahkah anda merenungkan tentang seekor semut yang anda
lihat ketika berjalan di sebuah taman?
Manusia pada
umumnya tidak begitu memperhatikan pentingnya berpikir tentang beragam makhluk
hidup yang mereka lihat di sekitarnya. Mereka tidak membayangkan bahwasanya
benda-benda hidup yang mereka jumpai setiap hari tersebut memiliki ciri-ciri
yang sangat menarik. Sebaliknya, bagi seseorang yang beriman, setiap makhluk
hidup ciptaan Allah memiliki karakteristik yang menunjukkannya sebagai sebuah
ciptaan yang sempurna. Semut adalah salah satu diantaranya.
Sewaktu
berjalan-jalan di taman, orang yang beriman tidak memalingkan muka ketika
melihat seekor semut. Dengan mengamati ciri-cirinya yang mengagumkan, ia
menyaksikan kesempurnaan ciptaan Allah.
Bahkan dengan
hanya mengamati cara berjalan seekor semut pun dapat mendorong akal kita untuk
berpikir. Semut menggerakkan kaki-kakinya yang sangat kecil secara berurutan
dan sangat terorganisir, mengetahui dengan baik dan sempurna kaki yang mana yang
seharusnya melangkah terlebih dahulu untuk kemudian diikuti kaki yang lain. Ia
dapat berjalan dengan sangat cepat tanpa lelah.
Serangga mungil
ini mampu mengangkat beban yang bobotnya jauh lebih berat dibanding tubuhnya,
dan membawanya ke sarang sendirian. Ia mampu menempuh perjalanan yang jaraknya
sangat jauh dibandingkan dengan panjang tubuhnya yang sangat pendek. Di atas
tanah yang rata dan tidak berjejak, tanpa penunjuk arah, semut dapat dengan
mudah menemukan sarangnya. Kendatipun lubang masuk sarang terlalu kecil bagi
manusia untuk menemukannya, semut tidak merasakan kebingungan dan menemukan
sarang tersebut, tak menjadi soal dimana sarang tersebut berada.
Ketika sedang
berada di kebun dan melihat semut-semut yang berbaris satu dengan yang lain, bekerja
keras dan bersemangat mengangkut makanan ke dalam sarangnya, seseorang tak
mampu berhenti bergumam dalam hati mengapa makhluk yang mungil ini kelihatan
seolah-olah bekerja begitu keras. Seseorang kemudian menyadari bahwa semut
tersebut mengumpulkan makanan tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga
untuk para anggota koloni semut yang lain, untuk sang ratu dan bayi-bayi semut.
Bagaimana semut yang mungil yang tidak memiliki otak yang sempurna akan tetapi
mampu berperilaku rajin, disiplin dan berkorban untuk orang lain adalah sesuatu
yang perlu untuk direnungkan. Setelah memikirkan secara mendalam tentang
fenomena-fenomena ini, seseorang mencapai sebuah kesimpulan: semut, sebagaimana
makhluk hidup yang lain, berperilaku dengan mengikuti petunjuk Allah dan
mematuhi perintah-perintah-Nya saja.
Bagaimana gerakan tanaman merambat mendorong seseorang berpikir?
Orang mukmin yang sedang
berjalan di sebuah taman juga memikirkan tentang tanaman yang merambat, yang
juga dikenal dengan istilah ivy, yang ia temui, yang merupakan satu dari
nikmat-nikmat yang Allah ciptakan.
Bagi orang yang berpikir,
di setiap benda hidup terdapat tanda-tanda yang dapat dijadikan pelajaran.
Sebagai contoh, ivy yang melingkarkan tubuhnya mengelilingi sebuah dahan atau
benda lain adalah fenomena yang perlu dipikirkan secara seksama. Jika
pertumbuhan ivy direkam dan dipertunjukkan ulang dengan cepat, akan terlihat
bahwa ivy bergerak seolah-olah ia adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Ia
seolah-olah melihat dahan yang berada tepat di hadapannya, lalu ia mengulurkan
dirinya ke arah dahan tersebut dan mengikatkan diri ke dahan seperti tali
lasso. Kadangkala ia melingkari dahan tersebut beberapa kali untuk menguatkan
ikatan dirinya terhadap dahan. Ia tumbuh sangat cepat dengan cara yang demikian
dan ketika telah sampai di ujung dahan, ia tumbuh dengan mengikuti arah baru
yakni kembali tumbuh melingkari dahan dengan arah ke belakang, atau tumbuh
kebawah. Seorang mukmin yang menyaksikan semua ini kembali sadar bahwa Allah
telah menciptakan semua benda hidup, dan bahwa Dia menciptakannya sebagai
sistim yang unik dan tanpa cacat.
Ketika seseorang terus
mengamati gerakan-gerakan ivy, ia menemukan satu ciri menarik lain dari
tumbuhan tersebut. Ia melihat bahwa ivy dengan kuat melekatkan dirinya di atas
permukaan dimana ia berada dengan menjulurkan lengan-lengan sampingnya. Bahan
yang kental yang diproduksi oleh tanaman yang tidak memiliki kesadaran tersebut
merekat sedemikian kuat sehingga ketika tanaman ini dicoba untuk dipindahkan
dengan cara menariknya dari tempat ia berada, maka cat yang ada ditembok akan
ikut terangkat juga.
Keberadaan tanaman yang
merambat sebagaimana diuraikan atas menunjukkan kepada orang mukmin yang
melihat dan kemudian memikirkannya, akan kekuasaan Allah, Pencipta tanaman
tersebut.
Bagaimana pepohonan mendorong seseorang untuk berpikir?
Setiap hari kita melihat
pepohonan di berbagai tempat; akan tetapi, pernahkan kita memikirkan bagaimana
air dapat mencapai daun yang paling jauh letaknya di ujung teratas dari sebuah
pohon yang tinggi? Kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
keluarbiasaan ini dengan membuat sebuah perbandingan. Tidaklah mungkin bagi air
dalam sebuah tanki di bagian bawah bangunan anda untuk naik ke lantai yang
lebih atas tanpa adanya sebuah tanki hidroforik atau mesin pompa air yang kuat.
Anda tidak akan mampu memompa air kendatipun hanya sampai ke lantai
pertama. Oleh karena itu, sudah seharusnya ada sistim pemompaan yang mirip
dengan mesin hidrofonik yang dimiliki oleh pohon. Jika tidak, mustahil air akan
dapat mencapai batang pohon dan cabang-cabangnya di bagian atas sehingga
pohon-pohon tersebut akan segera mati.
Namun Allah
telah menciptakan untuk tiap-tiap pohon semua sarana dan perlengkapan yang
diperlukan. Tambahan lagi, sistim pemompaan di setiap pohon terlalu canggih
dibandingkan dengan yang ada di bangunan tempat tinggal manusia. Ini adalah
satu diantara beragam hal yang hendaknya dipikirkan oleh seseorang ketika
sedang menyaksikan tanaman-tanaman tersebut. Dan pemikiran semacam ini hanya
akan muncul jika ia senantiasa melihat ke segala sesuatu dengan menggunakan
"mata yang benar-benar melihat", yakni melihat sambil memikirkan
secara mendalam tentang apa yang sedang dilihatnya.
Hal lain yang
dapat dipikirkan berhubungan dengan dedaunan. Ketika memandang sebuah pohon,
seseorang yang merenungkan segala sesuatu yang dilihatnya tidak akan menganggap
daun-daun pohon tersebut sebagai bentuk-bentuk sederhana sebagaimana ia
terbiasa untuk melihatnya. Ia berpikir berbagai hal yang belum pernah
terpikirkan oleh orang lain. Dedaunan, misalnya, adalah sesuatu yang rentan dan
mudah rusak. Namun, daun-daun ini tidak kering kerontang karena panasnya terik
sinar matahari yang menyengat. Ketika seorang manusia berada pada suhu 40oC
dalam waktu yang sebentar, warna kulitnya berubah, ia menderita dehidrasi.
Sebaliknya, daun mampu untuk tetap hijau di bawah panas matahari yang menyengat
tanpa terbakar selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan meskipun sangat
sedikit sekali jumlah air yang mengalir melalui pembuluh-pembulunya yang mirip
benang. Ini adalah sebuah keajaiban penciptaan yang menunjukkan bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu dengan ilmu yang tak tertandingi. Berpikir tentang
keajaiban ciptaan tersebut, seseorang yang beriman mampu sekali lagi melihat
kebesaran Allah untuk kemudian mengagungkan-Nya.
Ketika sedang membaca
surat kabar, melihat TV...
Orang-orang mengikuti
berita melalui berbagai surat kabar dan TV di siang hari ataupun setelah mereka
kembali ke rumah di petang hari. Dalam laporan berita tersebut, banyak
pemberitaan-pemberitaan yang dapat dipikirkan dan dilihat atau diambil darinya
peringatan serta tanda-tanda kekuasaan Allah oleh orang-orang yang memiliki
nalar.
Bagaimana jumlah kasus kejahatan, penyerangan dan pembunuhan
mendorong seseorang untuk berpikir?
Setiap hari, melalui
surat kabar lokal maupun berita televisi, seseorang mengetahui adanya kasus
pembunuhan, penganiayaan, pencurian, perampokan, penipuan dan bunuh diri.
Kejadian yang sering ini, serta kebanyakan manusia yang begitu cenderung
melakukan tindak kriminal tersebut memperlihatkan akibat yang diderita oleh
manusia yang hidupnya tidak berlandaskan agama Allah. Penculikan yang dilakukan
oleh seseorang terhadap seorang anak kecil untuk mendapatkan uang tebusan yang
menyebabkannya dihantui oleh perasaan takut yang sangat termasuk upaya
pembunuhan terhadapnya; seseorang yang menodongkan senapannya ke arah orang
lain lalu menembaknya tanpa ragu-ragu; seseorang yang menerima uang suap,
melakukan bunuh diri atau penipuan…Semua ini adalah indikasi bahwa para pelaku
tindak kriminal tersebut tidak takut kepada Allah dan tidak yakin akan
keberadaan hari akhirat. Seseorang yang takut kepada Allah dan mengetahui bahwa
ia akan dihisab di hari akhir tidak akan pernah berani melakukan satu pun dari
berbagai kejahatan tersebut. Sebab semuanya adalah perbuatan yang akan dibalas
dengan api neraka di akhirat.
Mungkin ada yang
berkata:"Saya seorang ateis. Saya tidak percaya kepada Allah, tapi saya
tidak menerima uang suap". Pernyataan orang yang tidak takut kepada Allah
ini tidak meyakinkan sama sekali. Sangat mungkin bahwa komitmen dalam memegang janjinya
akan melemah ketika kondisi berubah. Sebagai contoh, jika ia harus mendapatkan
uang untuk keperluan yang sangat mendesak, dan kebetulan berada pada kondisi
yang memungkinkannya untuk mencuri atau menerima uang suap, ia dapat saja tidak
memegang janjinya. Hal yang sama dapat berlaku ketika nyawanya berada dalam
bahaya. Kendatipun ia dapat menahan diri dari mengambil uang suap dalam situasi
yang sulit, ia mungkin cenderung untuk melakukan perbuatan terlarang lainnya.
Sebaliknya, orang yang beriman tidak pernah melakukan apapun yang tidak mampu
dipertanggung jawabkannya di akhirat.
Jadi, penyebab
semua tindak kejahatan tersebut, yang mendorong kita melakukan protes dan
berteriak,"apa yang terjadi pada masyarakat kita!" melalui surat
kabar, TV, kantor-kantor pada hakikatnya adalah jauhnya mereka dari agama.
Ketika menyaksikan berita-berita sebagaimana di atas, orang yang beriman tidak
memalingkan muka, sebaliknya mereka berpikir bahwa satu-satunya jalan keluar
adalah untuk menyampaikan ajaran agama dan menghidupkan nilai-nilai akhlaq
dalam masyarakat. Sebab dalam masyarakat yang terdiri atas orang-orang yang
takut kepada Allah dan tahu bahwa mereka akan mempertanggung jawabkan
perbuatannya di akhirat, tidaklah mungkin semua peristiwa ini terjadi. Dalam
masyarakat yang demikian, kedamaian dan keamanan akan dinikmati pada puncaknya.
Bagaimana acara diskusi TV sampai pagi hari mendorong seseorang
berpikir?
Bagi seseorang yang
terus-menerus berpikir mendalam tentang segala yang ia lihat di sekitarnya,
acara-acara diskusi yang disiarkan melalui TV pun dapat dijadikan bahan
renungan.
Acara-acara tersebut
menampilkan tokoh-tokoh serta para ahli di bidang yang sedang menjadi topik
hangat di hari itu. Mereka mendiskusikan sebuah topik selama berjam-jam, namun
tak seorang pun di antara mereka mampu memberikan jalan keluar atau mencapai
sebuah kesimpulan. Padahal mereka yang menghadiri acara diskusi tersebut adalah
orang-orang yang dipercayai memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang
ada.
Sungguh, jalan keluar
dari sebagian besar permasalahan yang sedang didiskusikan tersebut sangatlah
jelas. Namun kepentingan pribadi masing-masing orang, pengaruh dari golongan
mereka, ambisi untuk menonjolkan diri pribadi dari pada mencari sebuah solusi
secara ikhlas, membawa mereka pada jalan buntu.
Ketika menyaksikan ini
semua, orang yang memiliki nalar akan berpikir bahwa sebenarnya penyebab dari persoalan
yang ada terletak pada jauhnya masyarakat dari agama Allah. Orang yang beriman
kepada Allah tidak pernah menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung jawab,
sia-sia ataupun acuh tak acuh. Ia sadar bahwa ada kebaikan di setiap peristiwa
yang Allah perlihatkan kepadanya. Ia paham bahwa ia selalu berada dalam keadaan
diuji di dunia ini yang mengharuskannya untuk menggunakan akal, kekuatan dan
pengetahuannya dalam segala hal yang dapat membuat Allah ridha.
Di samping itu, seorang
mukmin senantiasa ingat akan sebuah ayat Allah ketika melihat acara tersebut:
"… Dan manusia
adalah makhluk yang paling banyak membantah." (QS. Al-Kahfi,
18: 54)
Dalam acara
diskusi tersebut terlihat adanya perdebatan, atau bahkan, percekcokan antar
para tokoh dan ahli yang tampil di TV. Juga ketidakmengertian mereka akan
permasalahan yang dikemukakan kepada mereka, terobsesi dengan apa yang akan
mereka katakan dan mencoba untuk paling dahulu mengatakannya, saling memotong
pembicaraan, meninggikan suara dengan mudahnya, begitu cepat kehilangan
kesabaran, saling melontarkan ejekan; adalah bukti yang penting untuk
diperhatikan dalam mamahami aspek-aspek negatif dari orang-orang ini.
Di sebuah
lingkungan dengan seratus persen orang-orang yang ikhlas dan jujur yang
mempunyai rasa takut kepada Allah, tontonan yang memakan waktu lama dan tak ada
hasilnya semacam ini tidak pernah terjadi. Karena tujuan mereka adalah mencari
jalan keluar yang paling diridhai Allah, dan yang paling membawa manfaat bagi
masyarakat, maka metode yang paling tepat sesuai dengan akal dan nalar akan
mudah ditemukan dan dilaksanakan tanpa membuang-buang waktu. Karena setiap
orang akan merasa puas dengan keputusan akhir maka percekcokan pun tidak akan
terjadi.
Jika ada yang
merasa keberatan berdasarkan dalih yang dapat diterima serta mengusulkan jalan
keluar yang lebih baik, maka usulan ini yang akan langsung dipakai. Mereka yang
takut kepada Allah tidak seperti kebanyakan orang, dan tidak menunjukkan sikap
keras kepala dan arogan. Dengan mengingat apa yang Allah firmankan dalam
Al-Qur'an; "… Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada
lagi Yang Maha Mengetahui" (QS. Yuusuf, 12: 76), mereka mengambil pilihan
yang paling tepat.
Kebalikannya, yakni
diskusi yang berlangsung hingga pagi hari tanpa dihasilkannya suatu pemecahan
masalah adalah contoh berharga yang dapat terjadi di sebuah lingkungan dimana
akhlaq mulia yang diajarkan agama tidak dijalankan.
Bagaimana kelaparan dan kemelaratan di setiap penjuru
dunia mendorong seseorang untuk berpikir?
Salah satu permasalahan
yang sering dibahas di media massa adalah ketidakadilan dalam masyarakat.
Ketika di belahan dunia
yang satu terdapat negara-negara yang sangat makmur dengan tingkat
kesejahteraan yang sangat tinggi, namun di belahan bumi yang lain terdapat
orang-orang yang tidak memiliki sesuatupun yang dapat dimakan atau obat untuk
penyakit yang paling ringan sekalipun sehingga mereka pada akhirnya meninggal
tak terurus. Pertama-tama, fenomena tersebut menunjukkan keberadaan sebuah
sistim yang dzalim dan tidak adil di dunia. Sebenarnya sangatlah mudah bagi
satu atau segilintir negara untuk menyelamatkan orang-orang yang terdzalimi
ini. Misalnya, rakyat di negara-negara tetangga di Afrika sedang mati
kelaparan, namun ada kelompok masyarakat yang telah menumpuk harta dari
pertambangan intan dan dengannya membangun sebuah peradaban yang maju.
Kendatipun sangat mudah untuk memindahkan orang-orang yang hidup melarat dan
kelaparan dan hampir meninggal ini, atau memberi sarana yang mereka butuhkan di
daerah tempat tinggal mereka, namun selama puluhan tahun tidak ada jalan keluar
yang berarti yang telah diberikan kepada mereka. Menolong orang tersebut
bukanlah sebuah tugas yang dapat diselesaikan oleh segelintir orang. Untuk
mendapatkan penyelesaian yang berarti, perlu banyak orang yang mau mengorbankan
diri mereka. Sayangnya, hingga kini jumlah orang yang menklaim telah mengatasi
bencana kemanusiaan tersebut masih terlalu sedikit.
Di lain pihak, trilyunan
dolar telah dihambur-hamburkan di setiap penjuru dunia untuk beragam tujuan. Di
satu sisi ada orang-orang yang membuang makanannya hanya karena tidak puas
dengan jumlah garam dalam makanan tersebut, di lain pihak ada manusia yang mati
karena tidak menemukan makanan untuk dimakan. Ini adalah bukti nyata adanya tatanan
yang dzalim dan tidak adil akibat tidak diamalkannya akhlaq agama.
Orang yang memahami
persoalan ini berpikir bahwa satu-satunya yang akan menghilangkan ketidakadilan
adalah akhlaq yang diajarkan Allah. Mereka yang takut kepada Allah dan
bertingkah laku sesuai dengan hati nurani dan akalnya tidak akan pernah
membiarkan kepincangan dan ketidakadilan yang ada. Mereka akan keluar untuk
menolong orang-orang yang membutuhkan dengan solusi yang cepat, tepat dan
permanen tanpa menonjolkan diri ataupun mengharapkan segala sesuatu yang
bersifat duniawi.
Disebutkan dalam
Al-Qur'an bahwa menolong kaum fakir dan miskin adalah ciri orang-orang yang
takut kepada Allah dan hari pembalasan:
"Dan orang-orang
yang dalam hartanya tersedia dalam bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang
meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan
orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap
adzab Tuhannya." (QS. Al-Ma’arij, 70: 24-27)
"Dan mereka
memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang
yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Tuhan
kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh
kesulitan." (QS. Al-Insaan, 76: 8-10)
Tidak memberi
makan kepada orang miskin adalah ciri orang yang tidak beragama dan tidak
memiliki rasa takut kepada Allah:
"Peganglah
dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam
api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang
panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada
Allah Yang Maha Besar. Dan
juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka
tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan
sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya
kecuali orang-orang yang berdosa." (QS. Al-Haaqqah, 69: 30-37)
Bagaimana bencana alam yang terjadi di seluruh dunia
mendorong seseorang berpikir?
Diantara pemberitaan yang
sering kita disaksikan di berbagai stasiun TV dan surat kabar adalah laporan
tentang bencana alam. Manusia dapat tertimpa bencana alam seperti gempa bumi
hebat, kebakaran ataupun banjir. Seseorang yang menyaksikan berbagai liputan
tentang bencana alam berpikir bahwa Allah mempunyai kuasa atas segala sesuatu,
bahwa Dia dapat saja menghancur luluhkan sebuah kota hingga rata dengan tanah
jika Dia menghendaki. Setelah memikirkan ini semua, ia paham bahwa tidak ada
sesuatupun selain Allah yang dapat dijadikan tempat berlindung dan memohon
pertolongan. Bahkan bangunan-bangunan yang paling kokoh; kota-kota yang
dilengkapi dengan teknologi yang paling canggih pun tidak akan mampu bertahan
terhadap adzab Allah; mereka dapat musnah seketika.
Semua pemandangan ini
ditunjukkan kepada manusia agar berpikir dan mengambil pelajaran.
Orang yang mendengar atau
membaca laporan bencana alam tersebut juga berpikir bahwa Allah telah
menurunkan bencana atas kota ini untuk suatu tujuan. Dalam Al-Qur'an, Allah
berfirman bahwa kepada bangsa-bangsa yang menentang, Allah mengirimkan adzab
agar mereka sadar atau mendapatkan balasan dari perbuatan mereka. Dengan
demikian jika suatu masyarakat melakukan bentuk perbuatan yang tidak diridhai
Allah, mereka pun akan dikenai hukuman Allah dengan sebab tersebut. Atau
Allah mungkin sedang menguji mereka dengan kesusahan di dunia.
Dengan memikirkan
segala kemungkinan tersebut, seseorang akan takut kalau-kalau hal serupa akan
juga menimpanya, dan memohon ampunan Allah atas segala perbuatannya.
Tak seorang
atau suatu bangsa pun dapat menghindar dari bencana apapun kecuali jika Allah
berkehendak lain. Tak peduli apakah bangsa tersebut termasuk yang paling kaya
dan terkuat di dunia atau mendiami sebuah tempat yang letak gegrafisnya tidak
menunjukkan adanya kemungkinan terkena bencana tersebut. Allah berfirman bahwa
tak ada satupun bangsa yang mampu mencegah bencana yang akan menimpa mereka.
"Maka
apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami
kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk
negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di
waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah
mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang
merasa aman dan adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi. Dan apakah belum
jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap)
penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami adzab mereka karena
dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat
mendengar (pelajaran lagi)?" (QS. Al-A’raaf, 7: 97-100)
Bagaimana berita tentang sistem riba mendorong seseorang berpikir?
Topik lain yang sering
muncul dalam berita adalah masalah ekonomi yang makin terpuruk. Sejumlah berita
negatif khususnya tentang nilai suku bunga atau riba disiarkan setiap hari.
Orang yang membaca laporan-laporan yang menyebut tentang suku bunga yang tidak
terkendali dan menyebabkan krisis ekonomi berpikir bahwa akibat dari perbuatan
terlarang yang begitu luasnya tersebar, Allah mengurangi pendapatan mereka.
Sebagaimana yang tercantum dalam ayat, "… Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa.". (QS. Al-Baqarah, 2: 276), Allah
mampu menghilangkan keuntungan yang dihasilkan melalui bunga atau riba, dan
menurunkan produktifitasnya. Fakta ini tercantum dalam ayat lain:
"Dan
sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)" (QS. Ar-Ruum, 30: 39)
Bagi orang yang
merenung, berita tentang riba termasuk bukti nyata yang menunjukkan bahwa ayat
Allah berlaku pada manusia
Berpikir tentang tempat-tempat yang indah
Melalui
acara-acara TV, surat kabar dan majalah-majalah manusia dapat menyaksikan
sekaligus memikirkan keindahan-keindahan yang Allah ciptakan. Melihat ataupun
mengunjungi pemandangan yang mempesona, rumah yang bagus, taman atau pantai
yang indah sudah pasti menyenangkan setiap orang. Beragam pemandangan tersebut
pertama-tama dapat mengingatkan seseorang akan surga. Orang yang beriman sekali
lagi ingat bahwa Allah, yang telah memberikan sedemikian banyak nikmat dan
menunjukkan keindahan yang luar biasa, telah menyediakan tempat-tempat yang
keindahannya tak tertandingi di surga.
Pemandangan
tersebut dapat pula mendorong seseorang untuk berpikir: setiap keindahan yang
diciptakan di dunia memiliki sejumlah ketidaksempurnaan karena memang dunia
adalah tempat ujian. Seseorang yang berada beberapa saat di tempat-tempat
rekreasi yang gambarannya pernah ia saksikan sebelumnya di TV dapat melihat
kekurangan-kekurangan tersebut. Beberapa contoh diantaranya adalah cuaca yang
terlalu lembab, air laut yang kadar garamnya sangat tinggi, panas terik yang
menyengat, lalat yang berterbangan di mana-mana. Di dunia terdapat banyak
kesulitan-kesulitan dan keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan seperti sakit
akibat tersengat sinar matahari, agen perjalanan yang kurang terorganisasi,
temperamen kurang bersahabat dari orang-orang yang bersama-sama dengan kita
merasakan kondisi ini.
Sebaliknya, di
dalam surga terdapat keindahan-keindahan yang sempurna dan asli, tak terdapat
sesuatupun yang mengganggu manusia dan tak satupun percakapan yang tidak
menyenangkan akan terucap. Ketika melihat setiap keindahan yang ada di dunia,
ia memikirkan dan mendambakan surga. Ia selalu bersyukur atas segala kenikmatan
yang telah dikaruniakan Allah kepadanya di dunia, dan ia menikmatinya sambil
berpikir bahwa semua ini adalah anugerah yang Allah turunkan dari rahmat-Nya.
Dengan mengetahui bahwa sumber dari segala keindahan ini berasal dari surga, ia
tidak akan melupakan akhirat akibat terlenakan oleh keindahan-keindahan dunia.
Ia menjalani kehidupan dengan cara yang membuatnya mampu memperoleh keindahan
abadi dan layak untuk masuk ke dalam surga Allah.
Bagaimana informasi dari majalah ilmiah yang menyatakan bahwa unsur
penyusun materi adalah atom membuat seseorang
berpikir?
Tanpa
memikirkan terhadap apa-apa yang ia ketahui, seseorang tidak akan mampu
mengetahui hal-hal yang demikian rumit namun penting; dan menyadari betapa luar
biasanya lingkungan di mana ia berada. Oleh karena itu, orang yang beriman
senantiasa memikirkan berbagai makhluk hidup dan kejadian-kejadian yang Allah
ciptakan. Kendatipun semua itu dapat berupa segala sesuatu yang sudah umum dan
diketahui oleh banyak orang, namun ia mampu untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda dibandingkan dengan orang lain.
Sebagai contoh,
adalah fakta yang telah dikenal luas bahwa unsur dasar penyusun setiap benda di
jagad raya, hidup ataupun tak hidup, adalah atom-atom. Dengan kata lain
sebagian besar manusia tahu bahwa buku yang mereka baca, kursi yang mereka
duduki, air yang mereka minum dan apapun yang mereka lihat di sekitar mereka
tersusun atas atom-atom. Namun hanya orang-orang yang memiliki nalar dan
kesadaran saja yang mampu berpikir lebih jauh tentang hal ini dan menyaksikan
kehebatan Allah.
Ketika
orang-orang tersebut melihat sebuah laporan yang membahas tentang topik di
atas, ia akan berpikir sebagaimana berikut: atom-atom adalah benda tak hidup.
Lalu bagaimana substansi tak hidup seperti atom-atom dapat bergabung dan
membentuk wujud manusia yang memiliki kemampuan untuk melihat, mendengar,
menafsirkan segala sesuatu yang mereka terima, menikmati musik yang mereka
dengar, berpikir, membuat keputusan-keputusan, menjadi bahagia atau tidak
bahagia? Bagaimana manusia mendapatkan segala kemampuan seperti ini?; yakni
sifat-sifat kemanusiaan yang sama sekali berbeda dengan wujud fisik yang
dihasilkan dari penggabungan atom-atom yang berbeda tersebut.
Sudah tentu
atom-atom yang tak hidup dan tidak memiliki kesadaran tersebut tidak dapat
memberikan kepada manusia sifat-sifat kemanusiaan. Adalah fakta bahwa Allah
menciptakan manusia dengan ruh yang memiliki sifat-sifat tersebut. Hal ini
mengingatkan kita pada sebuah ayat Allah:
"Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur." (QS. As-Sajadah, 32: 7-9)
Beberapa fakta yang didapatkan oleh seseorang setelah berpikir secara mendalam
Pernahkan anda
berpikir bahwa setiap sesuatu diciptakan untuk manusia saja?
Ketika
seseorang yang beriman kepada Allah mengamati segala sesuatu beserta sistim
yang ada, hidup ataupun tak hidup, yang ada di jagad raya dengan menggunakan
mata yang penuh perhatian, ia melihat bahwa segalanya telah diciptakan untuk
manusia. Ia mengetahui bahwa tak satupun yang muncul dan menjadi ada di dunia
secara kebetulan, namun diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang sangat sesuai
untuk kehidupan manusia.
Misalnya, dari
dulu hingga sekarang manusia dapat bernapas tanpa susah payah di setiap saat.
Udara yang ia hirup tidak membakar saluran hidungnya, tidak membuatnya mabuk
ataupun sakit kepala. Komposisi unsur-unsur ataupun senyawa-senyawa gas dalam
udara telah ditetapkan dalam jumlah yang paling sesuai untuk tubuh manusia.
Seseorang yang memikirkan hal ini teringat akan hal lain yang sangat penting:
seandainya kadar oksigen dalam atmosfir sedikit lebih atau kurang dari yang ada
sekarang, dalam dua keadaan tersebut kehidupan akan hancur. Ia lalu ingat
betapa susahnya bernapas ketika berada dalam tempat yang tidak mengandung
udara. Ketika seorang yang beriman terus-menerus memikirkan masalah ini, ia
akan selalu bersyukur kepada Tuhannya. Ia melihat bahwa atmosfir bumi dapat
saja dibuat sedemikian rupa sehingga membuatnya susah untuk bernapas
sebagaimana banyak planet-planet yang lain. Namun tidak lah demikian
kenyataannya, atmosfir bumi diciptakan dalam keseimbangan dan keteraturan yang
demikian sangat sempurna sehingga membuat jutaan manusia bernapas tanpa susah
payah.
Seseorang yang
tiada henti memikirkan tentang planet dimana ia hidup, meyadari betapa
pentingnya air yang diciptakan Allah untuk kehidupan manusia. Kemudian ia pun
berpikir: manusia pada umumnya paham tentang pentingnya air hanya ketika mereka
kekurangan air dalam waktu yang lama. Air adalah substansi yang kita butuhkan setiap saat
dalam hidup kita. Misalnya, sebagian besar dari sel-sel tubuh, dan darah yang
menjangkau setiap bagian kecil dari tubuh kita tersusun atas air. Jika tidak
demikian, maka fluiditas darah akan berkurang dan darah akan sangat sulit
mengalir di dalam pembuluh vena. Fluiditas air tidak hanya penting bagi tubuh
kita akan tetapi juga untuk tumbuh-tumbuhan. Air mampu menjangkau bagian yang
paling ujung dari daun dengan melalui pembuluh-pembuluhnya yang halus seperti
benang.
Massa air yang sangat
besar di lautan menjadikan bumi kita tempat yang dapat didiami. Jika proporsi
lautan di bumi menjadi lebih kecil dari daratan, di mana-mana akan berubah
menjadi gurun yang tidak memungkinkan adanya kehidupan.
Seseorang yang sadar dan
berpikir tentang hal ini akan benar-benar yakin bahwa adanya keseimbangan yang
begitu sempurna di bumi sudah pasti bukanlah sebuah kebetulan. Setelah
menyaksikan dan memikirkan fenomena tersebut, akan tampak bahwa segala sesuatu
diciptakan dengan sebuah tujuan oleh Pencipta yang Maha Tinggi dan Pemilik
Kekuatan yang Abadi.
Di samping itu, ia juga
sadar bahwa contoh-contoh yang telah ia pikirkan sebagaimana di atas sangatlah
terbatas. Sungguh, tidaklah mungkin untuk menyebutkan jumlah seluruh
contoh-contoh yang berkenaan dengan keseimbangan yang sempurna di bumi. Bagi
orang yang berpikir, ia akan dapat dengan mudah menyaksikan keteraturan,
kesempurnaan dan keseimbangan yang terlihat jelas di setiap sudut jagad raya,
dan dengannya mencapai suatu kesimpulan bahwa segala sesuatu diciptakan Allah
untuk manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan
Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS.
Al-Jaatsiyah, 45: 13)
Bagaimana kekekalan mendorong seseorang berpikir?
Setiap orang telah
mengetahui konsep kekekalan atau keabadian, namun sudahkan anda berpikir
tentang kekekalan? Ini adalah salah satu yang menjadi bahan renungan orang yang
beriman kepada Allah.
Keberadaan kehidupan
surga dan neraka yang kekal ciptaan Allah sangatlah penting dan perlu untuk
direnungkan oleh setiap orang. Seseorang yang memikirkannya akan mendapat
gambaran dalam benaknya: surga yang abadi adalah nikmat dan pahala yang sangat
besar yang diberikan kepada manusia setelah mati. Kehidupan yang penuh
kemuliaan di surga tidak akan pernah berakhir. Manusia hidup di dunia paling
lama seratus tahun. Namun kehidupan di surga akan berlangsung selama trilyunan
tahun dikalikan angka trilyunan tanpa ada akhirnya.
Orang yang ingat akan hal
tersebut sadar bahwa sangatlah sulit bagi manusia untuk memahami konsep
keabadian. Contoh berikut mungkin membantu dalam menjelaskan masalah ini:
"seandainya di dunia terdapat seratus trilyun manusia, dan semuanya
memiliki umur seratus trilyun tahun, dan mereka menghabiskan seluruh waktu
hidupnya dengan berhitung di siang dan malam hari, maka jumlah total angka yang
mereka capai tetap nol dibandingkan dengan jumlah tahun yang akan mereka
habiskan di kehidupan yang kekal di akhirat."
Setelah memikirkan
masalah di atas, seseorang akan sampai pada kesimpulan sebagai berikut: Allah
memiliki ilmu yang sedemikian luas dan tinggi yang tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu. Peristiwa yang berlangsung terus menerus sepanjang waktu tanpa ada
akhirnya atau dengan kata lain berlansung secara kekal dalam pandangan manusia,
telah selesai atau berakhir dalam pandangan Allah. Setiap peristiwa dan setiap
pikiran manusia, terlepas dari bentuk maupun waktu terjadinya peristiwa dan
pikiran ini, yang terjadi sejak pertama kali waktu diciptakan hingga saat
keabadian berlangsung telah ditentukan dan diputuskan menurut ilmu-Nya.
Demikian pula, seseorang
seharusnya berpikir bahwa neraka adalah tempat tinggal selamanya bagi
orang-orang yang tidak beriman. Terdapat beragam bentuk penyiksaan, hukuman dan
kehidupan yang menyengsarakan di neraka Di tempat ini mereka menderita siksaan
jasad dan ruh yang terus-menerus tanpa istirahat. Siksaan yang tiada pernah
berhenti hingga akhir masa, dan tidak pula pernah dihentikan untuk tidur
ataupun istirahat. Seandainya ada akhir dari kehidupan di neraka, ini akan
menjadi harapan bagi para penghuni neraka kendatipun bertrilyun-trilyun tahun
kemudian. Namun, yang mereka terima sebagai balasan dari dosa-dosa yang mereka
perbuat di kehidupan dunia adalah adzab yang kekal.
"Dan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-A'raaf, 7: 36)
Sangatlah penting bagi
setiap individu untuk mencoba memahami keabadian dengan merenungkannya dalam
rangka meningkatkan semangat dalam meraih akhirat, dan menguatkan ketakutan dan
pengharapannya. Sangat takut kepada siksaan yang kekal, namun pada saat yang
sama senantiasa berharap untuk mendapatkan surga yang abadi.
Bagaimana seseorang berpikir tentang mimpi?
Terdapat sejumlah
pelajaran penting dalam fenomena mimpi bagi orang yang berpikir. Ia berpikir:
betapa "sangat nyatanya" mimpi-mimpi yang dilihatnya ketika sedang
tidur, tidak begitu berbeda dengan ketika ia sedang terjaga. Misalnya, kendatipun
jasad sedang terbujur di tempat tidur, dalam mimpinya ia melakukan perjalanan
bisnis, bertemu dengan orang-orang baru, makan siang sambil mendengarkan musik.
Ia menikmati rasa makanannya, menari-nari mengikuti irama musik, merasa sangat
gembira karena peristiwa-peristiwa yang terjadi, menjadi bahagia dan tidak
bahagia, takut, merasa lelah, bahkan mampu mengemudikan kendaran yang belum
pernah dinaikinya atau bahkan belum tahu bagaimana mengendarainya hingga hari
itu.
Kendatipun tubuh tertidur
dengan tenang di pembaringan dengan kedua mata terpejam, ia melihat beragam
pemandangan dari tempat di mana ia berada. Ini berarti bahwa apa yang melihat
bukanlah matanya. Meskipun ruangan tempat ia tidur kosong, ia mendengar
suara-suara. Ini berarti bahwa yang mendengar bukanlah telinganya. Segala
sesuatu terjadi di dalam otaknya. Setiap kejadian tersebut sama sekali nyata
seakan-akan setiap apa yang dilihat benar-benar nyata dan asli kendatipun tak
satupun dari yang dilihatnya tersebut memiliki keaslian atau wujud di luar
mimpinya. Lalu apakah yang menyebabkan pemandangan-pemandangan tersebut tampak
sedemikian nyata di benak seseorang? Manusia tidak mampu membuatnya secara
sadar dan sengaja ketika sedang tidur. Otak pun tidak akan mampu membuat
sendiri gambar-gambar serupa. Otak adalah sebuah gumpalan yang terdiri atas
molekul-molekul protein. Sangatlah tidak rasional untuk mengatakan bahwa
substansi ini dengan sendirinya mampu membuat gambaran, bahkan menampilkan
wajah-wajah manusia, tempat-tempat, suara yang belum pernah terdengar kecuali
pada hari itu. Lalu siapakah yang memperlihatkan gambar-gambar atau
pemandangan-pemandangan ini dalam mimpi ketika sedang tidur? Sekali lagi,
seseorang yang merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini akan melihat kebenaran
yang hakiki: Allah lah yang membuat manusia tidur, mengambil ruh mereka ketika
mereka sedang tidur, mengembalikannya kepada mereka ketika bangun dan
memperlihatkan mimpi-mimpi mereka dalam tidur.
Orang yang
mengetahui bahwa Allah memperlihatkan mimpi juga akan merenungkan makna
tersembunyi dan tujuan penciptaan mimpi tersebut. Ketika seseorang mendapatkan
mimpi, ia yakin akan keberadaan orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang ia
alami sebagaimana ketika ia sedang terjaga. Ia berpikir bahwa semua ini
benar-benar nyata, bahwa kehidupan dalam mimpinya tidak akan berakhir dan akan
berlangsung terus-menerus. Jika ada seseorang yang datang menghampirinya dan
berkata,"Anda saat ini sedang bermimpi, bangunlah", maka ia tidak
akan mempercayainya. Orang yang mengetahui tentang kenyataan tersebut akan
berpikir: "Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa hidup di dunia pun
sementara, sebagaimana mimpi belaka. Sebagaimana ketika terjaga dari sebuah
mimpi, suatu hari saya juga akan terbangun dan terjaga dari kehidupan dunia dan
melihat gambaran yang sama sekali berbeda, misalnya gambaran tentang akhirat….
MEMIKIRKAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN
Al-Qur'an
adalah kitab terakhir yang Allah turunkan bagi semua manusia. Setiap orang yang
hidup di bumi wajib mempelajari Al-Qur'an dan melaksanakan perintah-perintahnya.
Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mempelajari ataupun melaksanakan apa yang
Allah perintahkan dalam Al-Qur'an kendatipun mereka menerimanya sebagai sebuah
kitab yang diwahyukan. Ini adalah akibat dari belum memikirkan tentang Al-Qur'an
tetapi sekedar mengetahui dari informasi yang didapat dari sana sini.
Sebaliknya, bagi orang yang berpikir, Al-Qur'an memiliki kedudukan dan peranan
yang sangat besar dalam kehidupannya.
Pertama-tama,
orang yang "berpikir" ingin mengetahui tentang Pencipta yang telah
menciptakan dirinya dan jagad raya di mana ia tinggal dari ketiadaan, yang
telah memberinya kehidupan ketika dirinya belum berwujud, dan yang telah
menganugerahkan kepadanya nikmat dan keindahan yang tak terhitung jumlahnya;
dan ia pun mempelajari tentang bentuk-bentuk perbuatan yang diridhai Allah.
Al-Qur'an, yang Allah wahyukan kepada Rasul-Nya, adalah petunjuk yang
memberikan jawaban atas pertanyaan manusia di atas. Dengan alasan ini, manusia
perlu mengetahui kitab Allah yang diturunkan untuknya sebagai petunjuk yang
dengannya ia membedakan yang baik dari yang buruk, merenungkan setiap ayatnya
dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan dengan cara yang paling tepat dan
diridhai.
Allah berfirman
tentang tujuan diturunkannya Al-Qur'an untuk manusia:
"Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad, 38: 29)
"Sekali-kali
tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka
barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya
(Al-Qur’an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali
(jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa
kepada-Nya dan berhak memberi ampun." (QS.
Al-Muddatstsir, 74: 54-56)
Banyak orang
membaca Al-Qur'an, namun yang penting adalah sebagaimana yang Allah nyatakan
dalam ayat-Nya yakni merenungkan tiap ayat Al-Qur'an, mengambil pelajaran dari
ayat tersebut dan memperbaiki perilaku seseorang sesuai dengan pelajaran yang
terkandung di dalamnya. Orang yang membaca ayat: "Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan." (QS. Alam Nasyrah, 94: 5-6), misalnya, akan merenungkan
ayat ini: ia paham bahwa Allah menciptakan kemudahan disamping setiap
kesulitan, karena itu yang ia harus lakukan ketika menemui sebuah kesulitan
adalah percaya penuh kepada Allah dan menantikan kemudahan yang akan datang kemudian.
Dengan janji Allah ini, ia melihat bahwa putus harapan atau menjadi panik di
saat munculnya kesulitan adalah sebuah tanda dari lemahnya iman. Setelah
membaca dan merenungkan ayat di atas, perilakunya selalu sejalan dengan ayat
tersebut sepanjang hidupnya.
Dalam
Al-Qur'an, Allah mengisahkan beberapa pelajaran dari kehidupan para nabi dan
rasul yang hidup di masa lampau agar manusia dapat melihat bagaimana perilaku,
pembicaraan dan kehidupan manusia yang diridhai Allah, dan menjadikan mereka
sebagai panutan. Allah berfirman dalam beberapa ayat-Nya bahwa manusia
hendaknya memikirkan dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah para rasul
tersebut:
"Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal." (QS. Yuusuf, 12: 111)
"Dan
juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya
kepada Fir'aun dengan membawa mu'jizat yang nyata." (QS. Adz-Dzaariyaat,
51: 38)
"Maka
Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan
peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia." (QS.
Al-Ankabuut, 29: 15)
Dalam
Al-Qur'an, disebutkan beberapa ciri bangsa-bangsa kuno, akhlaq serta
bencana-bencana yang menimpa mereka. Adalah sebuah kesalahan yang besar untuk
memahami ayat-ayat ini hanya sebagai peristiwa sejarah dengan berbagai
peristiwa yang menimpa mereka. Sebab, sebagaimana di semua ayat yang lain,
Allah mengisahkan kehidupan bangsa-bangsa di masa lampau untuk kita renungkan
dan ambil pelajaran dari berbagai bencana yang menimpa bangsa-bangsa ini
sebagai pedoman dalam memperbaiki perilaku kita:
"Dan
sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah
orang yang mau mengambil pelajaran?" (QS. Al-Qamar,
54: 51)
"Dan
Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang
berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang
diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai
pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah
dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah Kami
mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil
pelajaran?" (QS. Al-Qamar, 54: 13-17)
Allah telah
menurunkan Al-Qur'an untuk semua manusia sebagai petunjuk. Oleh karena itu,
memikirkan setiap ayat Al-Qur'an dan menjalani hidup sesuai Al-Qur'an dengan
mengambil pelajaran dan peringatan dari setiap ayatnya adalah satu-satunya cara
untuk mendapatkan keridhaan, kasih sayang dan surga Allah.
Tentang apakah di dalam Al-Qur'an Allah mengajak manusia untuk berpikir?
"Dan
Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur’an), agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan." (QS. An-Nahl, 16: 44)
Sebagaimana
dalam ayat di atas, di banyak ayat-Nya yang lain, Allah mengajak manusia untuk
merenung. Memikirkan tentang apa-apa yang Allah perintahkan kita untuk
berpikir, dan melihat makna tersembunyi dan keajaiban ciptaa-Nya adalah salah
satu bentuk ibadah. Setiap hal yang kita renungkan akan membantu kita untuk
lebih mengetahui dan mengakui akan Kekuasaan, Kebijaksanaan, Ilmu, Seni dan
sifat-sifat Allah yang lain.
Allah mengajak manusia untuk memikirkan penciptaan dirinya
sendiri
"Dan berkata
manusia: "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan
dibangkitkan menjadi hidup kembali?" Dan tidakkah manusia itu memikirkan
bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?"
(QS. Maryam, 19: 66-67)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang penciptaan
alam semesta
"Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan." (QS. Al-Baqarah, 2: 164)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan sifat kehidupan dunia yang sementara
"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu
tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada
yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah
sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya adzab
Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana
tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang
yang berpikir." (QS. Yuunus, 10: 24)
"Apakah ada salah
seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan,
kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang
masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api,
lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu
supaya kamu memikirkannya." (QS. Al-Baqarah, 2: 266)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat
yang mereka miliki
"Dan
Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan,
Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi
ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu
atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS.
Ar-Ra‘d, 13: 3-4)
Allah mengajak manusia untuk berpikir bahwa seluruh
alam semesta telah diciptakan untuk manusia
"Dan
Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS.
Al-Jaatsiyah, 45: 13)
"Dia
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur
dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan
malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya), dan
Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan
berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan
Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya
daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang
kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan
gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia
menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan
(Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah
mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan
yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran." (QS. An-Nahl, 16: 11-17)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang dirinya
sendiri
"Dan
mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?" (QS.
Ar-Ruum, 30: 8)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang akhlaq yang
baik
"Dan
janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan
dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,
kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat." (QS. Al-An‘aam, 6: 152)
"Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS.
An-Nahl, 16: 90)
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (QS. An-Nuur, 24: 27)
Allah mengajak manusia ntuk berpikir tentang akhirat, hari kiamat dan hari penghisaban.
"Pada
hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya),
begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara
ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap
siksa-Nya. Dan
Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya." (QS.
Aali ‘Imraan, 3: 30)
"Dan
ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai
perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami
telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlaq yang
tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat." (QS.
Shaad, 38: 45-46)
"Maka
tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya
kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang
tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila
Kiamat sudah datang?" (QS. Muhammad, 47: 18)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan makhluk hidup yang
Dia ciptakan
"Dan
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang
telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. An-Nahl, 16:
68-69)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan adzab yang
dapat secara tiba-tiba menimpanya
"Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang
kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu
orang-orang yang benar!" (QS. Al-An‘aam, 6: 40)
"Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan
serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya
kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan
tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga). (QS.
Al-An‘aam, 6: 46)
Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu dengan
sekonyong-konyong, atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah)
selain dari orang yang dzalim?" (QS. Al-An‘aam, 6: 47)
"Dan tidaklah mereka
(orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali
setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil
pelajaran?" (QS. Yuunus, 10: 50)
"Dan tidaklah mereka
(orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali
setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil
pelajaran?" (QS. At-Taubah, 9: 126)
"Dan sesungguhnya
telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan
generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan
petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat." (QS. Al-Qashas, 28: 43)
"Dan
sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah
orang yang mau mengambil pelajaran?" (QS. Al-Qamar,
54: 51)
"Dan
sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan)
musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil
pelajaran. (QS.
Al-A‘raaf, 7: 130)
Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang Al-Qur'an
"Maka apakah mereka
tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS.
An-Nisaa’, 4: 82)
"Maka
apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang
kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka
dahulu?" (QS. Al-Mu’minuun, 23: 68)
"Ini
adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad, 38: 29)
"Sesungguhnya
Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat
pelajaran." (QS.
Ad-Dukhaan, 44: 58)
"Sekali-kali
tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah peringatan.Maka
barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al
Qur’an)." (QS. Al-Muddatstsir, 56: 54-55)
"Dan
demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar
mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi
mereka.". (QS. Thaahaa, 20: 113)
Rasul-rasul Allah mengajak umatnya yang kurang dalam hal
pemahaman untuk berpikir
"Katakanlah:
Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak
(pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa
aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka
apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS. Al-An‘aam, 6: 50)
"Dan
dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah
tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk
kepadaku". Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan
yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki
sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi
segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
?" (QS. Al-An‘aam, 6: 80)
Allah mengajak manusia berpikir untuk melawan pengaruh
syaitan
"Dan
jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah,
maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman
mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan
dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan)." (QS. Al-A‘raaf, 7:
200-202)
Perintah Allah untuk mengarahkan orang yang diberi penjelasan
tentang ajaran agama agar berpikir secara mendalam
"Pergilah
kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua
lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia
telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaahaa, 20:
42-44)
Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang kematian
dan mimpi
"Allah
memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan
kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kaum yang berpikir." (QS. Az-Zumar, 39: 42)
KESIMPULAN
Tujuan
penulisan buku ini adalah "mengajak untuk berpikir". Kebenaran dapat
disampaikan kepada seseorang melalui berbagai macam cara, dengan sangat rinci
beserta semua bukti serta segala sarana yang ada. Namun jika orang tersebut
tidak memikirkan sendiri kebenaran yang ada secara ikhlas dan jujur dengan
tujuan memahami kebenaran, segala usaha tersebut tidak akan ada artinya. Oleh
karena itu, ketika rasul-rasul Allah menyampaikan risalah kepada umat mereka,
mereka menyampaikannya secara jelas kemudian menyuruh mereka untuk
memikirkannya.
Seseorang yang berpikir akan sangat paham akan
rahasia-rahasia ciptaan Allah, kebenaran tentang kehidupan di dunia, keberadaan
neraka dan surga, dan kebenaran hakiki dari segala sesuatu. Ia akan sampai
kepada pemahaman yang mendalam akan pentingnya menjadi seseorang yang dicintai
Allah, melaksanakan ajaran agama secara benar, menemukan sifat-sifat Allah di
segala sesuatu yang ia lihat, dan mulai berpikir dengan cara yang tidak sama
dengan kebanyakan manusia, namun sebagaimana yang Allah perintahkan. Walhasil
ia akan mendapatkan kenikmatan yang lebih dari keindahan-keindahan yang ia
saksikan, melebihi dari yang didapatkan oleh orang lain. Ia tidak akan
menderita tekanan batin karena terbawa oleh angan-angan kosong yang tidak ada
dasarnya dan tidak terseret oleh kerakusan dunia.
Ini hanyalah
sedikit dari keutamaan-keutamaan yang diperoleh seseorang yang berpikir di
dunia. Balasan di akhirat untuk orang yang selalu mencari kebenaran dengan
berpikir adalah kecintaan, keridhaan, kasih sayang dan surga Allah.
Sebaliknya,
satu hari pasti akan datang ketika mereka yang semasa masih di dunia tidak mau
memikirkan kebenaran akan berpikir, bahkan lebih dari itu, "berpikir
secara mendalam dan merenung" dan melihat kebenaran-kebenaran tersebut
dengan sangat jelas. Namun, pada hari itu berpikir tidak akan berguna bagi
mereka, bahkan membuat mereka tertimpa kesedihan. Allah berfirman dalam
Al-Qur'an:
"Maka
apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari
(ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan
neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat." (QS. An-Naazi‘aat,
79: 34-36)
Mengajak
manusia (yang memiliki anggapan bahwa mereka dapat lolos dari tanggung jawab
mereka dengan tidak berpikir) untuk berpikir sehingga mereka dapat merenungkan
akibat yang akan menimpa mereka, dan kembali kepada agama Allah, adalah satu
bentuk ibadah bagi orang-orang mukmin. Namun, sebagaimana Allah berfirman dalam
Al-Qur'an:
"…Maka
barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al
Qur’an)". (QS. Al-Muddatstsir, 56: 55)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar