BAB
I
PENDAHULUAN
3.1 Latar
Belakang
Berbincang
mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon dengan
metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai peletak
dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli
filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi
filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang
muncul pada kalangan ilmuan dan filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa
kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam dan beserta
isinya.
Para
filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek
berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan
ontology, epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri.
Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran
filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai
dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian
umat manusia, sangat di perlukan, inilah beberapa pokok bahasan utama dalam
pengenalan terhadap filsafat ilmu, disamping objek dan pengertian filsafat ilmu
yang kan dijelaskan terlebih dahulu
3.1 Rumusan
Masalah
a. Apakah
pengertian filsafat ilmu itu?
b. Mencakup
apa sajakah ruang lingkup filsafat ilmu?
c. Apa
saja objek, kedudukan, dan implikasi filsafat ilmu?
d. Bagaimana
sejarah perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya?
3.1 Tujuan
Penulisan
a. Mengetahui
apa itu filsafat ilmu
b. Mengetahui
ruang lingkup filsafat ilmu
c. Mengetahui
objek, kedudukan, dan implikasi filsafat ilmu
d. Mengetahui
sejarah perkembangan filsafat Ilmu serta aliran-alirannya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Filsafat Ilmu
Untuk
memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat
ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu [1].
a. Robert
Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini
yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat
terdahulu
yang telah dibuktikan.
b. Lewis
White Beck: Filsafat
ilmu itu mempertanyakan dan
menilai metode-metode pemikiran
ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya
upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
c. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang
pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu,
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
d. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara
etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan
pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah
kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata
lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu
pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
·
Obyek apa yang ditelaah
ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan
antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan
ontologis)
·
Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar?
Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
·
Untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional ? (Landasan aksiologis)[2].
2.2 Ruang Lingkup Filsafat ilmu
Bidang
garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
Ontologi ilmu
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu
tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham
monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme,
pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada
akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing‑masing mengenai apa
dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber,
sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan
(ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya
mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
(Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi
antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam
epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik seperti:
rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi
dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan
sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah)
itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Akslologi llmu meliputi
nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita
yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik
atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga ditunjukkan oleh
aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi
dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan
ilmu.
Dalam
perkembangannya Filsafat ilmu
juga
mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik
dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan untuk menangkap
tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi
kehidupan
2.3 Objek
Filsafat ilmu
Objek
Material filsafat ilmu Yaitu
suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu
atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu
yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut
Dardiri (2000) bahwa objek material
adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam
kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi
dua, yaitu :
a. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu
yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
b. Ada
yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan
tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam
(kosmologi).
Objek
Formal filsafat ilmu yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek
material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia
ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu
yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan
lain sebagainya.
2.4 Kedudukan
dan Implikasi Filsafat
Ilmu dalam Pengetahuan
Di
mana posisi filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan.
Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi
pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing
agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan
dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan
pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan
kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi
ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan
Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi
dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki
seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada
cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala
realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih
terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada
penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam
memperoleh kebenaran.
2.5 Sejarah
Perkembangan Filsafat Ilmu
Pemikiran
filsafat ilmu banyak
dipengaruhi oleh lingkungan. Namun
pada dasarnya filsafat ilmu baik dibarat, india dan Cina muncul dari yang
sifatnya religius. Pembagian secara periodesasi filsafat ilmu barat adalah
zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodesasi
filsafat ilmu cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme
dan zaman modern. Untuk cina adalah periode weda, biracarita, sutra-sutra dan
sekolastik. Dalam filsafat ilmu india yang penting adalah bagaimana manusia
bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun filsafat ilmu
islam hanya ada dua
periode yaitu: periode mutakalimin dan filsafat ilmu islam.
Jadi,
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak
melainkan berlangsung secara bertahap. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian secara periode yang
menampilkan ciri khas tertentu.
2.5.1 Zaman
Pra Yunani Kuno (Zaman
Batu)
Pada
abad VI SM yunani muncul lahirnya filsafat ilmu dan mulai berkembang suatu
pendekatan yang sama sekali berlainan. Mulai saat itu orang mencari jawaban
rasional tentang problem alam semesta.dengan demikian filsafat ilmu dilahirkan.
2.5.2 Zaman
yunani kuno
1. Zaman
keemasan yunani
Zaman
yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ilmu, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk menguingkapkan ide atau pendapatnya. Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu, karena yunani pada masa itu tidak
lagi mempercayai mitologi-mitologi.
2. Masa
Helinistis Romawi
Pada
masa ini muncul beberapa aliran yaitu sebagai aliran sebagai berikut:
a. stoisisme, menurut paham ini
jagad raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu
segala kejadian menurut ketetpan yang tidak dapat dihindari.
b. epikurisme, segala-galanya
terdiri dari atom-atom.
c. skepisisme, mereka
berfikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran
d. eklektisisme, suatu
kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat ilmu dari
aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang
sungguh-sungguh.
e. neoplatoisme, yakni paham yang
ingin menghidupkan kembali filsafat ilmu plato.
2.5.3 Zaman
Abad Pertengahan
Pada
abad pertengahan mengalami 2 periode, yaitu:
1. periode
patriktis; mengalami 2 tahap:
a.
permulaan agama kristen
b.
filsafat ilmu
agustinus; yang terkenal pada masa patristik
2. periode
skolastik; menjadi 3 tahap yakni:
a.
periode awal, ditandai
dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama
dan filsafat ilmu
b.
periode puncak, ditandai
oleh keadaan yang dipengaruhi oleh aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat
ilmu arab dan yahudi
c.
periode akhir, ditandai
dengan pemikiran kefilsafat ilmuan yang berkembang kearah nominalisme.
2.5.4 Zaman
Renaissance
Ialah
zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan
pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri,
tidak didasarkan atas campur tangan Illahi.
2.5.5 Zaman
Modern
Zaman
modern ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman renaissance.
2.5.6 Zaman
Kontemporer (Abad XX Dan Seterus)
Fisi
kawan termashur adalah Albert Einstein yang percaya akan kekekalan materi.
Dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini
ditandai dengan penemuan teknologi-teknologi
canggih yang terus berkembang hingga sekarang.
2.6 Beberapa Aliran Filsafat Ilmu
Sejarah
perjalanan perkembangan keyakinan dan pemikiran umat manusia tentang pendidikan
telah melahirkan sejumlah filsafat ilmu yang melandasinya. Dari berbagai filsafat
ilmu yang ada, terdapat tiga aliran paham yang dirasakan masih dominan
pengaruhnya hingga saat ini, yang secara kebetulan ketiganya lahir pada jaman
abad pencerahan menejelang zaman modern.
1. Nativisme atau Naturalisme, dengan
tokohnya antara lain. J.J. Rousseau (1712-1778) dan Schopenhauer (1788-1860 M).
Paham ini berpendirian bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan suci dan dianugerahi
dengan potensi insaniyah yang dapat berkembang secara alamiah. Karena itu,
pendidikan pada dasarnya sekedar merupakan suatu proses pemberian kemudahan
agar anak berkembang sesuai dengan kodrat alamiahnya. Pandangan ini
diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung pesimistik.
2. Empirisme atau Environtalisme, dengan
tokohnya antara lain John Locke (1632-1704 M) dan J. Herbart (1776-1841 M).
Aliran ini berpandangan bahwa manusia lahir hanya membawa bahan dasar yang
masih suci namun belum berbentuk apapun, bagaikan papan tulis yang masih bersih
belum tertulisi (Tabula Rasa, Locke ) atau sebuah bejana yang masih kosong
(Herbart). Atas dasar itu, pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses
pembentukan dan pengisian pribadi peserta didik ke arah pola yang diinginkan
dan diharapkan lingkungan masyarakatnya. Pandangan ini diidentifikasikan
sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung optimistik.
3. Konvergensionisme atau Interaksionisme,
dengan tokohnya antara lain William Stern (1871-1939). Pandangan ini pada
dasarnya merupakan perpaduan dari kedua pandangan terdahulu. Menurut pandangan
ini, baik pembawaan anak maupun lingkungan merupakan faktor-faktor yang
determinan terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik. Oleh karenanya,
pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian peristiwa interaksi antara
pembawaan dengan lingkungan. Pribadi peserta didik akan terbentuk sebagai
resultante atau hasil interaksi dari kedua faktor determinan tersebut.
Pandangan ini diidentifikasikan sebagai konsepsi pendidikan yang cenderung
rasional.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Filsafat ilmu
adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode
pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual
2.
Ruang lingkup
filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu
sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai
pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai
normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
3.
Objek dari
filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua
yaitu secara mutlak dan tidak mutlak
4.
sejarah
perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh
terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian
dilanjutkan pada zaman abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama
dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya
adalah zaman renaissance atau kebangkitan kembali yang berpendapat pada
kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan tuhan. perkembangan
terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya
penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Hamami M. 1976. Filsafat
(Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan
Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.
.
1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat. Yogyakarta:
Fakultas Filsafat UGM.
.
1980. Disekitar Masalah Ilmu; Suatu Problema Filsafat. Surabay: Bina Ilmu.
.
Epistimologi Masa Depan dalam jurnal filsafat. Seri 1, februari 1990.
Ismaun. 2001. Filsafat ilmu (Diktat Kuliah). Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri. 1982. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar