Kini dengarlah pula kisah silam Jawadwipa nan
terkandung dalam karya pujangga, prasasti dan ingatan bangsa.
Di Tenggara benua Asia, dalam kelompok kepulauan
Nusantara Jawadwipa terletak anggun dan perkasa merekah gagah, pancarkan seni
budaya pahlawan masa dan ksatria budi luhur Pantai Utaranya terima deburan
ombak laut Jawa Selat Sunda memisahkannya dan bumi Swarnadwipa di sebelah Barat
di sebelah Timur berbaris memanjang Kepulauan Nusa Tenggara dan ombak
laut Selatan, Samudra Indonesia, ramaikan Jawadwipa Tegak menjulang barisan
pegunungan di bagian tengah pulau Gunung-gunung Gede, Pangrango, Slamet, Merapi,
Merbabu, Dieng, Bromo, Kelud dan Semeru menjangkau awan putih, sinarkan
wahyu semangat Dari sana mata air alirkan sungai-sungai Citarum, Ciliwung,
Bengawan Solo dan Kali Brantas. Hidupkan lembah-lembah hijau Jawadwipa. Di kala
mentari pagi beranjangsana ke atas dunia Tampak air kali coklat berbuih
mengalir tenang, suburkan petak-petak sawah kuning padi merunduk melambai
tertiup angin hijau segar nampak hutan-hutannya. Tatkala gelap malam naungi
bumi Jawadwipasinar perak rembulan memancar di atasnya lalu terdengar seruan
jangkrik mendesing bertingkahan dengan paduan suara katak nan riuh rendah
Sungguh indah sang putri Nusantara, Jawadwipa Dan amatlah tua sejarahnya.
Ratusan ribu tahun yang silam manusia Jawa hidup di dataran
rendah pulau ia dikenal dengan nama kera yang berdiri tegak atau Pithecantropus
Erectus Mojokertoensis berkelompok mereka hidup, berkembang biak dan berburu
bersaingan dengan binatang-binatang hutan Lalu ribuan tahun yang telah silam
sebelum Kristus lahir, sebelum ada tarikh Saka dari tanah Utara, di sekitar
Cina Selatan, Yunnan dan Tonkin nenek moyang bangsa Melayu tiba dengan ratusan
perahu ke Nusantara sebagian tinggal menetap sebagian berlayar terus ke
Philipina, Madagaskar Irian dan pulau-pulau Polynesia Desa-desa terbentuk
dengan wilayahnya tempat masyarakat, yang bersifat kerakyatan, menetap
Alat-alat senjata dari perunggu dan besi serta kepandaian tanah liat, menganyam
dan menanam padi memulai kebudayaan di Jawadwipa.
Dalam abad pertama tarikh Masehi datanglah orang-orang Hindu
dari India Bersama mereka, para pedagang, pendeta dan Pangeran agama
Hindu dan Buddha tibalah Pangeran Aji Saka, yang mulia perkasa membawa aksara
Sanskrit dan Pallawa yang di Jawadwipa lalu menjadi abjad-abjad:
Ha
Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa
Sa La
Pa Da Ja
Ya Nya
Ma Ga Ba
Tha Nga
kala itulah sejarah agung dimulai pada permulaan tarikh
Saka.