Kini dengarlah pula kisah silam Jawadwipa nan
terkandung dalam karya pujangga, prasasti dan ingatan bangsa.
Di Tenggara benua Asia, dalam kelompok kepulauan
Nusantara Jawadwipa terletak anggun dan perkasa merekah gagah, pancarkan seni
budaya pahlawan masa dan ksatria budi luhur Pantai Utaranya terima deburan
ombak laut Jawa Selat Sunda memisahkannya dan bumi Swarnadwipa di sebelah Barat
di sebelah Timur berbaris memanjang Kepulauan Nusa Tenggara dan ombak
laut Selatan, Samudra Indonesia, ramaikan Jawadwipa Tegak menjulang barisan
pegunungan di bagian tengah pulau Gunung-gunung Gede, Pangrango, Slamet, Merapi,
Merbabu, Dieng, Bromo, Kelud dan Semeru menjangkau awan putih, sinarkan
wahyu semangat Dari sana mata air alirkan sungai-sungai Citarum, Ciliwung,
Bengawan Solo dan Kali Brantas. Hidupkan lembah-lembah hijau Jawadwipa. Di kala
mentari pagi beranjangsana ke atas dunia Tampak air kali coklat berbuih
mengalir tenang, suburkan petak-petak sawah kuning padi merunduk melambai
tertiup angin hijau segar nampak hutan-hutannya. Tatkala gelap malam naungi
bumi Jawadwipasinar perak rembulan memancar di atasnya lalu terdengar seruan
jangkrik mendesing bertingkahan dengan paduan suara katak nan riuh rendah
Sungguh indah sang putri Nusantara, Jawadwipa Dan amatlah tua sejarahnya.
Ratusan ribu tahun yang silam manusia Jawa hidup di dataran
rendah pulau ia dikenal dengan nama kera yang berdiri tegak atau Pithecantropus
Erectus Mojokertoensis berkelompok mereka hidup, berkembang biak dan berburu
bersaingan dengan binatang-binatang hutan Lalu ribuan tahun yang telah silam
sebelum Kristus lahir, sebelum ada tarikh Saka dari tanah Utara, di sekitar
Cina Selatan, Yunnan dan Tonkin nenek moyang bangsa Melayu tiba dengan ratusan
perahu ke Nusantara sebagian tinggal menetap sebagian berlayar terus ke
Philipina, Madagaskar Irian dan pulau-pulau Polynesia Desa-desa terbentuk
dengan wilayahnya tempat masyarakat, yang bersifat kerakyatan, menetap
Alat-alat senjata dari perunggu dan besi serta kepandaian tanah liat, menganyam
dan menanam padi memulai kebudayaan di Jawadwipa.
Dalam abad pertama tarikh Masehi datanglah orang-orang Hindu
dari India Bersama mereka, para pedagang, pendeta dan Pangeran agama
Hindu dan Buddha tibalah Pangeran Aji Saka, yang mulia perkasa membawa aksara
Sanskrit dan Pallawa yang di Jawadwipa lalu menjadi abjad-abjad:
Ha
Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa
Sa La
Pa Da Ja
Ya Nya
Ma Ga Ba
Tha Nga
kala itulah sejarah agung dimulai pada permulaan tarikh
Saka.
Di Jawadwipa, di masa yang telah silam memerintah raja-raja
agung yang ternama, Pertama dari para raja, Sri Baginda Punawarman, Bijaksana,
adil dan pelindung rakyatnya, Penegak utama kekuasaan Tarumanegara, Dan
junjungan bagian pulau sebelah Barat, Dalam abad keempat tarikh Masehi, Ia
membangun pengairan sawah dengan kanal-kanal panjang di daerah Krawang karena
mulianya digelari titisan dewa Wisnu dalam prasasti kali Ciaruteun,
Di bagian tengah Jawadwipa dalam tahun masehi 657 tersebutlah nama
kerajaan Kalingga dan ratunya, Sima, yang adil dan jujur Pada masa itu dibangun
candi-candi Siwa di dataran tinggi Dieng terkenal pula waktu itu, nama
Jnanabadhra guru besar agama Buddha yang tinggi ilmunya.
Tahun 732, Sanjaya memerintah Mataram, Di
samping para raja wangsa Sailendra banyak didirikan candi suci sebagai
baktipuja, Pawon, Mendut dan Kalasan berdiri dan atas niat raja Samarottungga,
Borobudur telah berdiri, pada tahun 772 bagi keluhuran budi sang Buddha sekitar
masa itulah, yaitu dalam tahun 700 kitab nyanyian Syandracarana dituliskan
kemudian berpindahlah kuasa Sailendra wangsa ke Swarnadwipa, di kerajaan
Sriwijaya.
Pada tahun 778 dibangunlah candi Siwa di Prambanan
atas perintah raja Hindu, Daksa yang terselesaikan tahun 822, Mulai tahun 742
hingga tahun 754 Dyah Balitung yang perkasa, raja Mataram di Medang Kamulan
persatukan bagian Timur dan Tengah Jawadwipa, Lalu pada tahun 847, baginda Mpu
Sindok pindahkan pemerintahan ke Timur Jawadwipa di Watu Galuh, dekat Jombang,
berdiri kratonnya, Pada masa pemerintahannya, Sri Sambhara Suryawarana
menuliskan kitab Sang Hyang Kamahayanikan.
Pada akhir abad ke 10 tarikh Masehi, Dharmawangsa memerintah
dari Watan di kaki gunung Penanggungan ialah itu yang perintahkan agar disusun
kitab undang-undang Siwasasana bagi negerinya, Namun, pada tahun 928,
dalam pesta kawin di kraton Watan, Dharmawangsa tewas karena serangan Wurawari,
raja Lor Arang keraton dibakar, keluarga raja binasa oleh pedang disebut oleh
para pujangga peristiwa itu akhir dunia (pralaya).
Airlangga, menantu Dharmawangsa yang ibundanya cucu Mpu
Sindok dan ayahnya raja Bali selamat dari peristiwa sedih dimalam itu lalu
disusunnya kekuatan, dipanggilnya nama Wisnu dan dibalasnya dendam pada Sang
Wurawari, Pada tahun 1037 ia memerintah di Kahuripan di kaki gunung
Penanggungan kemudian ia berpindah ke kraton di Daha Gelar Abiseka
sang Prabu ialah: Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Erlangga
Anantawikrama Uttunggadewa, Pada masa bahagia itulah ditulis karya sastra
Arjuna Wiwaha dan Bhagawadgita, Sang Prabu wafat pada tahun 971 dan dua
putranya yang bermusuhan memerintah di Jenggala dan Kediri dari hidup merekalah
kisah-kisah Panji dituliskan.
Sekitar masa Airlangga, yaitu
tahun 1030, Jawadwipa bagian sebelah Barat diperintah oleh raja Sri
Jayabupati yang kratonnya terletak di Galuh Pakuan.
Pada tahun masehi 1135, dinobatkan di Kediri
keturunan agung Airlangga dengan gelar Abiseka
Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara
Madhusudhanawatara Anindita Suhtrasingha Parakrama Uttunggadewa, Beliau
raja yang keramat dan tajam pandangnya bagi masa-masa kemudian
diucapkannya ramalan akan nasib Jawadwipa, akan nasib bangsanya dengan kalimat
nan terselubung, arti tersembunyi Pada tahun 1157, sebelum sang Prabu
wafat Mpu Sedah dan Mpu panuluh, menuliskan kita Bharatayudha.
Tahun 1107 saksikan penobatan raja di Kediri yang bergelar
Abiseka Sri Maharaja Kamesware Triwikrama Awatara Aniwariwirya
Parakrama Digjaya Uttunggadewa, Permaisurinya adalah Kirana Ratu putri Jenggala
nan ayu jelita, Pujangga agung Mpu Dharmaja memandang raja dan ratunya, tatkala
ditulisnya kisah Dewa Kamajaya dan Ratih Dewi dalam karya sastra nan halus
merasuk yang bernama Smaradahana.
Kejayaan dan keagungan Kediri, hilang lenyap dikancah
pertempuran Di Ganter, pada tahun 1044, Sewaktu Kertajaya Dandang Gendis
terkalahkan oleh barisan Tumapel dan dahsyat Ken Arok yang lalu menjadi yang
dipertuan di tanah Jawa dengan gelar Abiseka: Sri Rajasa Sang Amurwabhumi,
Bersama permaisuri Ken Dedes, dipuja rakyat namanya dan dimuliakan masa
pemerintahannya walau Ken Arok anak orang desa para turunannya menjadi raja
agung, Pada tahun 1127 wafatlah Ken arok dan naik takhta putra
tirinya, Anusapati putra Ken Dedes dari suami pertamanya, Tunggul Ametung,
Semangkatnya raja Anusapati; Tohjaya, putra Ken Arok dari Ken Umang, naik
takhta di Kediri namun ia mati terbunuh oleh permupakatan antara Seminingrat,
putra Anusapati dan Narasinghamurti, anak Mahisa Wong Ateleng, cucu Bhatara
Parameswara, cicit Ken Arok dan Ken Dedes Semingrat lalu memerintah
di Kutaraja dengan permaisuri Waning Hyun, adik Narasinghamurti,
Narasinghamurti diangkat, jadi ratu Angabhaya Sang Prabu, gelar Abiseka
Wisnuwarhana membangun pelabuhan Canggu di sungai Brantas, Putranya, Sri
Lokawijaya, dinobatkan tahun 1254 dengan gelar Abiseka Sri
Kertanegara waktu itulah berganti nama Kutaraja menjadi Singasari, Ialah raja
yang taat pada agama, pelindung rakyat yang perkasa dan negarawan yang
bijaksana, Pada tahun 1274 dikirimnya lasykar Singasari dalam peristiwa
Pamalayu, ke Dharmasraya, di Jambi ditundukkannya Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa
dan padanya dianugerahkan arca Amoghapasa sebagai lambang persahabatan,
Dijalinnya pula hubungan akrab, dengan Jayasingawarman III, penguasa negeri
Campa karena kala itu terdengar, niat maksud Khubilai Khan agar Jawadwipa
sembah bakti padanya yang bahkan telah kirimkan duta besarnya tuk paksa
Kertanegara terima kehendak sang kaisar Dengan marah sang Prabu mengusir utusan
Tatar dan canangkan kewibawaan Singasari, Tahun 1292 terjadi
peristiwa hina yang menyedihkan karena Jayakatwang, raja bawahan di
Gelang-gelang berkhianat menghantam sang Prabu di kratonnya Kertanegara gugur
dan berpulang ke Jinalaya dimakamkan dengan gelar: Yang Mulia di alam
Siwa-Buddha Menantu sang prabu, Sanggramawijaya, disertai para hamba lari
dikejar musuh, hingga tiba di Madura Arya Wiraraja lindungi ia, dan dimintakan
ampun pada Jayakatwang atas ijinnya, Wijaya membangun Majapahit, dekat
Majakerta dan dihimpunnya tentara, tuk balaskan dendam Kertanegara.
Namun suatu peristiwa terjadi Tanggal 1 Maret 1293, tahun
Saka 1215 tentara bangsa Tatar berlabuh di Tuban dipimpin Shih Pi, Kau Hsing
dan Ike Mese Berbaris berderap pasukannya masuki Jawa dwipa dan ratusan layari
sungai Serayu Dengan penuh kedahsyatan, dibantu Sanggramawijaya
diserbu dan dihalaunya lasykar Jayakatwang kemudian
Sanggramawijaya berbalik menikam menyerbu orang-orang Tatar, kala mereka mabuk
kemenangan maka pada tanggal 24 April 1293, Saka 1215, berlayar pulanglah
bala tentara Tatar
Sanggramawijaya, putra Dyah Lembu Tal, cucu
Narasinghamurti dan menantu Kartanegara Dinobatkan pada Saka 15 kartika
1225, yaitu masehi 1303, dengan gelar Abiseka: Sri Kertarajasa
Jayawardhana Empat putri Kartanegara, semua istri sang Prabu Tribhuwana,
Mahadewi, Jayendradewi (Prajnya Paramita) dan Dyah Dewi Gayatri (Rajapatni),
ibunda Tribhuwanatunggadewi
Istri kelima sang Prabu, Dara Petak Dyah Indreswari yang
datang dari Dharmasraya, beliaulah ibunda Jayanegara
Semangkatnya Kertarajasa, naik takhta Jayanegara masa
pemerintahannya amat penuh oleh kesedihan dan pertumpahan darah Sang Prabupun
wafat pada tahun 1328 ditikam pisau tabib Tanca
Pada masa itulah Gajah mada, anak desa menanjak lekas,
karena jasanya pada Sri Jayanegara
Bulan Badhra çaka 1251 (1329), Tribhuwanatunggadewi naik ke
atas singgasana Majapahit, gelar sang ratu Tribhuwanatunggadewi Maharajasa
Jayawisnuwardhani masa pemerintahannya negeri aman sentosa dan sesudah gempa
bumi di Pabanyu pindah pada tahun kelahiran Hayam Wuruk, tahun 1334 Gajah
Mada menjadi Patih Mangkubumi kala itu diujarkannya Sumpah Palapa, persatuan
Nusantara Jika telah berhasil tundukkan Nusantara saya Baru akan beristirahat.
Jika Gurun, seram, Tanjung Pura, Haru, Dompo, pahang, Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik telah tunduk, saya Baru akan beristirahat.
Tahun itu juga, balatentara majapahit dipersiapkan tuk
menyatukan kepulauan Nusantara dibantu oleh Laksamana Nala, Adityawarman dan
para mentri dua puluh tiga tahun lamanya Gajah Mada juangkan impiannya
Tahun 1350 menjadi bikhu sang ibunda ratu dan
dinobatkanlah Hayam wuruk, dengan gelar Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara Masa
itulah jaman keagungan bangsa Nusantara bersatu, keadaan aman tentram Terdapat
pula kitab undang-undang Kutara Manawa yang ciptakan masyarakat adil di
majapahit Sang Prabu, Apatih Mangkubumi, Para Mentri serta Dharmajaksa ring
Kasyawan dan Dharmajaksa ring Kasogatan dijunjung diluhurkan di pelosok negeri Namun
pada tahun 1357 terjadi peristiwa nista Namanya perang Bubat
Di tanah Pasundan bertakhta Prabu Maharaja Putrinya Dyah
Pitaloka amat rupawan tiada tara kebanggaan istana, kemuliaan Galuh pakuan karena
lamaran Dyah Hayam Wuruk, berangkat Sang Prabu sertai putrinya ke Majapahit diiring
ratusan ksatria Sunda yang gagah dan cakap berperang
Di sana tinggal mereka di lapangan Bubat tuk nantikan
pinangan sang Prabu Hayam Wuruk Namun Gajah Mada inginkan raja Sunda sembahkan
putrinya Sebagai tanda bakti dan laku setia Amat marah terhina para ksatria
Sunda ditolak permintaan, dilayani ksatria Majapahit hingga semua orang Sunda
gugur, di tanah lapang Bubat
Sesudah peristiwa Bubat yang amat hina itu berhentilah
perang perluasan wilayah Masa bahagia negeri majapahit berlangsung disertai
dengan pembangunan candi-candi, dan pengembangan seni budaya utusan para raja
di Nusantara, menghadap Sang Prabu membawa upeti Para dutapun datang
berkunjung, dari negeri-negeri sahabat Sri langka, Campa dan Ayodhya Pada
tahun 1365 Prapanca menulis kitab Desawarnana, yaitu Negarakertagama
tentang perjalanan sang Prabu meninjau negeri
dan sejarah agung para leluhurnya Mahapatih Gajah Mada,
kebanggaan negeri Majapahit, wafat pada tahun 1364 menangis sang
Prabu dan keluarganya, terharu sedih seisi negeri tak diangkat mahapatih baru
untuk mengganti tak ada yang cakap, yang perwira bagai dia
Dyah Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 dan naiklah
Wikramawardhana ke atas takhta ialah putra ibunda Bhre Pajang, cucu Tribhuwana
Tunggadewi dan menantu Dyah Hayam wuruk
setelah masa pemerintahannya, istrinya, Kusumawardhani
berganti memerintah Kemudian pada tahun 1429 Suhita menjadi ratu dialah
putri Kusumawardhani dan Wikramawardhana Kertawijaya, putra Wikramawardhana
dari selirnya Naik takhta pada tahun 1446 dan memerintah selama lima belas
tahun kemudian kekuasaannya berpindahlah pada Wangsa Girindrawardhana
Dyah Wijayakarana, raja pertama wangsa baru dinobatkan pada
tahun 1451 dua tahun lamanya sang Prabu memerintah Lalu berkuasa di
Majapahit selama 15 tahunraja-raja yang bukan berasal dari
Girindrawardhanawangsa Tahun 1468, naik ke atas takhta cucunda Dyah
Wijayakarana, bernama Singawardhana Dyah Wijayakusuma Pamanda Dyah
Wijayakusuma, Bhre Kertabumi namanya, menjadi raja pada tahun 1474 dan
empat tahun sang Prabu memerintah Tahun 1486 raja Majapahit terakhir
dinobatkan namanya Prabu Nata Dyah Ranawijaya, putra Singawardhana Dyah
Wijayakusuma; setelah berhasil merebut mahkota dari Bhre Kertabhumi Pada
tahun 1527 Sang Prabu gugur, bersama hancurnya Majapahit Karena
serangan Raden Patah dari Demak Menjelang kebinasaan Majapahit, yang telah
rapuh oleh perebutan kekuasaan dan iri hati masih tampil karya agung budaya
luhur berujud kitab-kitab Arjunawijaya, Sutasoma, Purusadasanta yang ditulis
Mpu Tantular serta Wretta Sancarya dan Siwaratrikalpa buah pikiran Mpu Tanakung
Raden Patahlah raja Islam pertama di Jawadwipa putra Bhre
Kertabhumi dari istrinya putri Cina di Palembang ia dibesarkan, di tempat Arya
Damar, ayah tirinya berlayarlah ia ke Jawa setelah dewasa, dan di sana
dipeluknya agama Islam yang baru tiba Ditegakkannya panji-panji baru di demak,
atas bimbingan para wali dan setelah kejatuhan Majapahit,
disebarkannya ajaran Sang Rasul Di Jawadwipa Kini suara azan terdengar pada
pagi dan senja hari bukan lagi dengung mantra para pedanda demikian Demak
berdiri, pewaris tunggal Majapahit
Kini dengarlah sejarah para raja Sunda yang memerintah di
Jawadwipa sebelah Barat Setelah Prabu Maharaja gugur di medan laga Bubat bersama
dengan Dyah Pitaloka yang rupawan dan para ksatria Sunda pada tahun 1357 Pada
tahun 1371, setelah masa perwalian Hyang Bumi Sora, dinobatkan Prabu
Niskala Wastu Kancana yang dalam usia muda memerintah di Galuh Pakuan Ialah
raja yang berbajik, setia dan taat pada hukum Manu apabila tak hadir di kraton
Surawisesa, beliau pergi untuk laku tapa brata rakyat bahagia tentram, lumbung
desa penuh padi 104 tahun lamanya Sang Prabu berkuasa lalu wafat ia di
Nusalarang, di telaga Panjalu, di bilangan Kawali Galuh Sang Prabu diganti
putranya Rahiyang Dewa Niskala yang memerintah selama 7 tahun dan berpulang di
Gunatiga Pada tahun 1482 naik takhta Prabu Ratu Purana Setelah
diwastu bernama Prabu Guru Dewataprana
Raja yang agung, perkasa dan termashur dipindahnya ibukota
ke Pakuan Pajajaran pusat negeri yang diapit sungai-sungai Ciliwung dan
Cisadane dengan dermaga pelabuhannya Kapal-kapal dagang masuk dari Sunda
Kelapa, Tangerang dan Merunda berlayar masuk hingga Pakuan Pajajaran lewat
jalan darat para pedagang tiba; dari pelabuhan-pelabuhan Banten, Krawang dan
Pontang Jalan-jalan gerobak lalu lintasi pedalaman pulau, dan Sebuah jalan raya
yang amat panjang terdapat; Bermula di pakuan Pajajaran, melalui Cileungsi, Warunggede,
Tanjung Pura, Krawang, Cikao, Purwakarta, Segalaherang, lalu liwati Sumedang,
Tomo, Sindangkasih, Raja Galuh, Talaga, Kawali hingga ke pusat Galuh Pakuan Amatlah
berkuasa sang Prabu dari Ujung Kulon hingga Pasir Luhur namanya dipuja dan
disanjung hormat
Prabu Ratu Purana diwastu lagi dan bergelar Sri Baduga Maharaja,
Ratu raja di Pakuan Pajajaran Dibangun atas perintahnya, sebuah istana megah
dan indah penuh ukiran dan hiasan, pantas bagi Maharaja Sunda Di sanalah, di
Kraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, raja mulia bersemayam dari
jauh diterimanya upeti persembahan tanda setia para raja Pasundan Dipelbagai
tempat asrama suci pandita didirikan Di atas tanah hadiah Sri Baginda Dibuat
pula sebuah danau, bernama Sang Hyang
Talagarena Mahawijaya yang airnya mengalir suburkan sawah penduduk di telaga itu
para putri bersuka ria di atas perahu seraya mendengar cicit nyanyian burung dan
menatap keindahan taman Milakancana dan Samida, hutan ciptaan Baginda Bukankah
terdengar pula pada nyanyian Juru pantun Cipatahunan atau Sipatahunan
yang ada di talaga Rena Mahawijaya
yang sekarang hanya tinggal bekasnya ujung hulunya pada
Bantar Peuteuy ujung kakinya pada Babakan Pilar Di ketinggian ujung hulu
telaga, tak jauh dari kraton Sang Prabu berdiri punden keramat, tempat upacara
Kuwerabakti sekali dalam setahun di sana para raja Sunda berkumpul iringi para
pandita memohon berkah kesuburan tanah
Tinggi nian budaya rakyat Sunda di masa itu Jadi kekaguman
orang di masa kini Seperti yang tertulis dalam kitab Siksa Kanda Karesian yang
disusun tahun 1518 banyak pengetahuan dipelajari, jadi pembimbing seluruh
negeri ilmu pemerintahan, ilmu perang, ilmu agama dan sanditapa; ilmu
bahasa-bahasa, batik, tarian dan pewayangan; dan ilmu pelayaran dipelajari pula
Sungguh gemilang Pajajaran, kebanggaan seluruh Nusantara
39 tahun lamanya Ratu Purana memerintah dan pada
tahun 1521 dinobatkan putranya, Prabu Surawisesa Masa pemerintahan
Sang Prabu ialah 14 tahun lalu diganti Prabu Ratu Dewata tahun 1535 Dialah
yang mendirikan prasasti Batutulis di samping Sang Hyang Lingga pada
tahun Saka Panca Pandawa Ngemban Bumi tuk memuliakan kakeknya yang agung Ratu
Purana, atau Prabu Siliwangi Kala itu Islam telah masuk ke tanah Pasundan dan akhir kejayaan
Pajajaranpun telah nampak 22 Juni 1527, Saka 1449 Falatehan, panglima raja Demak,
menaklukan pelabuhan Sunda Kelapa yang berganti nama menjadi Jayakarta
Tahun 1543 dinobatkanlah putra Ratu Dewata namanya
Sang Ratu Saksi, dan 8 tahun ia memerintah
hingga saat putranya, Prabu Ratu Carita, menjadi raja dalam
tahun 1551 Tahun 1567 naiklah Nu Siya Mulya ke Singgasana tuk
memerintah negeri yang kejayaannya telah lama pudar tak sanggup liwati
pergantian masa, tak kuat hadapi lawannya Nu Siya Mulya disebut pula Prabu Seda
karena ia gugur dalam pertempuran di tahun 1579 sewaktu balatentara
Pangeran Yusuf dari banten menyerbu dalam peristiwa burakna Pajajaran Porak
poranda seisi negeri, musnah sudah keagungan Watu Gigilang, Warisan Karuhun,
tempat penobatan raja dibawa pergi ke tanah Banten Tamat sudah sejarah kerajaan
Pakuan Pajajaran Namun, tak dilupakan orang jaman keemasan Seperti masih disebut
dalam pantun Bogor, Kujang di Hanjuang Siang: Masih mending Jaman Pajajaran ketika
masih ada Kuwerabakti ketika guru bumi dipuja-puja ketika lumbung umum isinya
melimpah tiada tani perlu ngijon, tiada tani gadaikan pekarangan tiada tani
mati karena kesal tiada tani mati karena lapar
Bantenlah pewaris kekuasaan di Pasundan dan beberapa waktu
namanya tersohor di Jawadwipa banyak pula raja muslimnya yang termashur yang
namanya terpatri dalam ingatan bangsanya Sultan Hasanudin yang gagah perkasa berwibawa
dan dijunjung tinggi Sultan Ageng yang tegas tak kenal takut berani menantang
keangkuhan bangsa Belanda di Batavia Tapi pada akhirnya, kalahlah Banten
bersama Kesultanan Cirebon Karena muslihat dan peperangan, dengan bangsa
penjajah itu
Adapun bangsa Belanda, pertama datang untuk berdagang namun
perlahan-lahan, ditegakkannya kuasa di Jawadwipa, dan seluruh Nusantara Tanggal
30 Mei 1619, Saka 1541, Jayakarta jatuh ke tangan Yan Pieterzen Coen dan Juni
tanggal 22 tahun 1621, Saka 1543 diberi nama Batavia, pada kota pelabuhan itu Jaman
para raja agung telah hampir selesai Kejayaan dan kemuliaan Jawadwipa, perlahan
meredup, untuk akhirnya padam selama masa penjajahan Namun, sebelum keagungan,
keindahan dan keperkasaan jiwa kebangsaan berangkat tidur masih berdiri sebuah
kerajaan tersohor namanya Mataram
Seperti telah disebutkan dalam kata-kata yang terdahulu tentang
berdirinya kesultanan Demak yang bangkit penuh pesona di atas reruntuhan
Majapahit dan memulai babak baru dengan ajaran baru
Kekuasaan inilah yang selama beberapa masa dipertuan di Jawadwipa, berpengaruh di Nusantara
Dari pelabuhannya armada andalan negeri berlayar perangi
perompak dan amankan laut Adipati Unus, putra Raden Patah adalah laksamana
Demak yang tangkas dan ternama lalu Raden Trenggana, raja yang cakap,
memerintah bijaksana beroleh wahyu hidayat walaupun tak lama masa jaya Demak
namanya bangkitkan juga semangat kepahlawanan Kemudian
kalahlah Demak oleh Pajang Kesultanan baru yang muncul sesudahnya Memerintah di
pajang Sultan Adiwijaya Dari tahun 1550 hingga 1582 Dialah yang
anugerahkan daerah Mataram untuk diperintah Pada Ki Gede Pemanahan panglimanya Adapun
Mataram di bagian tengah Jawadwipa meliputi Surakarta, Kalasan, Klaten,
Yogyakarta, Kota Gede, Bantul, Imogiri, Sleman, hingga ke pantai selatan Di
sana, tempat raja-raja agung di masa Hindu yang telah silam kini bangkit kuasa
tak tertandingi yang namanya getarkan kalbu Nusantara
Putra Ki Gede Pemanahan, Sutowijoyo yang bergelar Pangeran
Ngabehi Lor Ing Pasar lalu menggantikan ayahandanya, memerintah negeri Mataram diteguhkannya
kekuasaan, dikalahkan para lawannya dikibarkannya panji Mataram, diangkatnya
senjata melawan Pajang semangkatnya Sultan Adiwijaya, di tahun 1582 naik
takhta Sutowijoyo dengan gelar Panembahan Senopati Ing Ngalaga Dari Kuto Gede,
ibukota negeri barisan-barisan Mataram menyerbu para adipati merdeka
di sekitar pantai Utara dan Surabaya nama Sang Prabu
disegani di seluruh pulau dihormati hingga sejauh Cirebon Kemudian mnagkatlah
ia ditahun 1601 dan dimakamkan di Kuto Gede
Berganti memerintah Mas Jolang, Putra Sang Prabu dengan
gelar Sunan Hadi Prabu Anyakrawati selama 12 tahun ia memerintah, lalu wafat di
desa Krapyak kabarnya terbunuh oleh pengkhianatan
ketika sedang memimpin pasukannya untuk menyerbu dan
menundukkan pantai Utara Ia dimakamkan di Kuto Gede, di dekat makam ayahandanya
Putra Panembahan Seda Krapyak, dinobatkan tahun 1613 namanya
Sultan Agung Prabu Anyokrokusumo Dialah raja Mataram yang termashur pada
masanya Sabda Pandita Ratu sesungguhnya dijunjung, diabaikan dan diamalkan Sang
Prabu semulia Airlangga dan Hayam Wuruk Gagah
berani bagai Wijaya Kertarajasa cakapnyapun seperti mahapatih Gajah Mada sebagai
raja Sultan Agung adil dan jujur cita-citanyapun
suci, ingin satukan Nusantara tahun 1624 tentara
Mataram tundukkan Madura dan pada Sang Prabu, Panembahan Cakraningrat berikan
janji setia
Lalu Adipati Pekik di Surabaya menyerah pula setelah
bertempur berani dan dikepung berbulan-bulan iapun diampuni oleh kebesaran hati
Sang Prabu malah dinikahkan dengan adinda raja agung
Kemudian Sang prabu kirimkan pasukannya ke Sukadana di
Kalimantan Barat hingga negeri itupun tunduk padanya Ketika Sang Prabu
sentuhkan kuasanya ke tanah Banten kuatirlah bangsa Belanda di Batavia dan
mereka coba halang niat Mataram Pada tahun 1628 dan 1629 balatentara
Mataram bertempur di Batavia untuk habisi kuasa asing di Jawadwipa Ratusan
adipati dan tumenggung berangkat diiring ribuan prajurit, berbaris gegap
gempita Para adipati di tanah Pasundan turut berperang dan lumbung-lumbung padi
di Krawang disiapkan untuk masa perang yang panjang
Lasykar tumenggung Bahusasra, mendarat beramai di Merunda pasukan
Adipati Ukur menggempur, pintu benteng Batavia Berbulan bangsa asing terkepung, hampir binasa
seisi Batavia Namun armada Belanda datang membantu dari Maluku dan pengkhianat
membakar lumbung-lumbung padi hingga terpukullah tentara Mataram dalam
pertempuran dan oleh kelaparanAkhirnya mundurlah barisan Mataram, dengan kecewa
karena gagal penuhi amanat Sang Prabu Akan tetapi telah ditunjukkan pada
penjajah Keampuhan bangsa dan keberanian ksatria-ksatria Nusantara Dalam perang
penaklukan terakhir di tahun 1639 tunduklah Blambangan di Timur Jawadwipa Besarlah
kuasa Mataram yang meliputi seluruh Jawadwipa, kecuali Banten dan Batavia pengaruhnyapun
terasa, sejauh Palembang, Jambi dan Banjarmasin
Sultan Agung negarawan yang bijaksana pula karena padat
sudah tanah Mataram dipindahkannya sebagian penduduk ke Krawang Ia juga seorang
sastrawan dan pujangga agung yang menuliskan kitab Sastra Gending Ditunjukkannya
ajaran nabi Muhammad dalam wadah budaya Jawa, nan tua dan indah Penanggalan
tarikh Saka, disesuaikan dengan tahun Hijriah Hari Raya Garebekpun dirubah maknanya,
menjadi Garebek Puasa dan Garebek Maulud Pantaslah dikenang kejayaan Sultan
Agung raja, pujangga dan putra Nusantara sejati Tahun 1645 Sultan
Agung yang mulia wafat
di Imogiri, pemakaman para raja, ia dimakamkan
Tahun 1645 naiklah ke atas takhta putra
Sultan agung, Sunan Amangkurat I dari Kartasura ia memerintah Jawadwipa dengan
keras hati dan sifat yang kejam dimusnahkannya para
bangsawan yang membangkang dibinasakannya kaum ulama yang menentang Maka
meletus perlawanan di tahun 1674 dipimpin oleh Trunojoyo dan Adipati Anom,
putra mahkota dengan dukungan para bangsawan dan kaum ulama prajurit Sang Prabu
dikalahkan dan akhirnya kratonpun diserbu Sunan Amangkurat I lari ke arah Barat
Kini Adipati Anom menyesal, lalu berbalik menyusul ayahandanya Di Tegal
arum, pada tahun 1677, wafatlah Sang prabu Dan di sanalah ia
dimakamkan
Atas dukungan tentara Belanda, naiklah Adipati anom ke atas
takhta di Surakarta ia memerintah, dengan gelar Sunan Amangkurat II Kini kekuasaan
Belanda telah merasuk Jawadwipa Yang telah sirna jayanya dan hilang
keagungannya Berdiri pula loji Belanda di Surakarta untuk
awasi setiap langkah Sang Prabu Pada masa itulah
budak dari Bali Untung Surapati lari ke arah Timur dari Batavia,
dengan pengiring-pengiringnya Di Surakarta digemparkannya seisi negeri ketika
ia berlaga dengan tentara Belanda lalu didirikannya kerajaan di Pasuruan yang
musnah bersamanya, dalam dentuman meriam bedil tentara penjajah Kerajaan
Matarampun akhirnya pecah jadi empat
karena muslihat dan hasutan Belanda, yang panaskan persengketaan
keluarga Setelah perjanjian Giyanti di tahun 1755 di Yogyakarta
Hadiningrat, Mataram sebelah Barat memerintah Sultan Hamengkubuwono I
sedang di Surakarta, tetap memerintah Susuhunan Pakubuwono Pada
perjanjian Salatiga didirikan di Surakarta daerah merdeka, di bawah Raden Mas
Said, yang bergelar Mangkunegoro I Kemudian berdiri pula kala Sir Stamford
Raffles berkuasa di Nusantara daerah merdeka di Yogyakarta, di bawah pangeran
Notokusumo, yang bergelar Sri Paku Alam I Kini selesailah babak Mataram, sirna
ditelan jaman penjajahan
Dalam abad Masehi ke 19 hidup di Yogyakarta Hadiningrat,
pangeran Diponegoro Dialah putra sulung raja Hamengkubuwono III yang gagah
berani dan taat beragama Dengan muak dipandangnya seisi kraton mengikuti
kemauan penjajah Belanda Bermusuhan ia dengan Adipati Danurejo dan para pejabat
bangsa Belanda Karena hinaan bangsa penjajah, geramlah Diponegoro Pada
tahun 1825 diangkatnya senjata melawan tentara Belanda, hadapi
lasykar Danurejo Lima tahun Jawadwipa dilanda perang dan darah tertumpah di
bumi tercinta Kyai Maja, Sentot Alibasyah dan banyak lagi sertai Sang Pangeran
mempimpin rakyat perangi lawan Tapi, pada tahun 1830, dengan dalih
mengajak berunding Penjajah yang licik tangkap Diponegoro Ke Menado ia dan
keluarganya, diiring para pengikut diasingkan Kemudian Belanda memindahkannya
ke Makassar dan di sanalah ia, pahlawan Nusantara, wafat
Di malam terang bulan, kala tak sejengkal awanpun bawakan
curahan hujan berkumpul putra-putra tanah ini; di halaman kraton di depan rumah
pak lurah atau di pesta perkawinan Menyaksikan bayang-bayang dibalik layar
putih, yang samar-samar diterangi lampu blencong dan sinar purnama
bayang-bayang wayang kulit yang dihidupkan Ki Dalang bawakan
kisah cerita Mahabarata Kelima Pandawa pembela kebenaran, berperang musnahkan
kaum Kurawa dan para raksasa keempat tokoh dari Karang Tumaritis, hibur para
penonton dengan kata-kata jenaka dan gelak tawa Nasihat-nasihat bertuah suci
dari leluhur, tiba di hati penggemar wayang diiring bunyi merdu gamelan, nan
ramaikan malam indah di bumi Jawa Terbit pula kekaguman akan masa lalu,
tatkala, mereka saksikan gemulai lembut penari-penari Serimpi dan Bedoyo Tidak,
jiwa bangsa tidak mati dalam alam penjajahan di suatu hari kelak rasa
kebanggaan dan cinta tanah air akan merdekakan negeri terkasih.
By alang alang kumiter
Download dalam Bentuk Word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar